Yuda Sempat Dapat Penolakan Masyarakat, Kini Raih Penghargaan Berkat Rumah Edukasi Anak Pesisir

Anak-anak pesisir dikatakan Yuda masih banyak yang belum bisa membaca sampai ada yang putus sekolah

HO
Afri Yuda Tama Siregar saat memberikan edukasi membaca sambil berkeliling dengan sampan kepada anak-anak pesisir di Percut Sei Tuan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pemuda bernama lengkap Afri Yuda Tama Siregar, sudah sangat akrab dengan lingkungan pesisir dimana tempat ia dibesarkan.

Menetap di lingkungan pesisir, membuatnya dekat dengan masyarakat nelayan, yang identik akan kondisi lingkungan kumuh.

Namun, yang menjadi perhatian Yuda bukan hanya soal lingkungan kumuh, ia melihat iklim pendidikan masyarakat pesisir yang tidak merata menggugah hatinya.

Anak-anak pesisir dikatakan Yuda masih banyak yang belum bisa membaca sampai ada yang putus sekolah.

Melihat hal itu, Yuda bersama beberapa relawan berinisiatif mendirikan suatu rumah edukasi yang menjadi wadah anak-anak pesisir mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki.

Rumah Edukasi itu diberi nama Redaksi, yang merupakan akronim dari Rumah Edukasi Anak Pesisir.

Meskipun dalam membangun Redaksi ini, Yuda dan kawan-kawan kerap mendapat penolakan dari masyarakat sekitar, tetapi mereka tidak pernah lelah mencoba.

Berpindah lokasi untuk kesekian kalinya, mendapat penolakan karena dianggap menganggu pekerjaan anak mereka, adalah pil pahit yang harus Yuda hadapi.

"Ditolak masyarakat setempat karena dianggap mengganggu anak-anak mereka yang semulanya bekerja untuk mendapatkan uang jajan dengan menjadi anak itik (tukang bersih kapal atau memilah kerang) atau nelayan cilik , tapi malah mau belajar," ujar Yuda.

Namun, semua tantangan tersebut tidak membuatnya goyah, dengan sisa semangat ia tetap menjalankan rumah edukasi tersebut.

Sebab, selama ini anak-anak yang berada di lingkungan nelayan tersebut sangat banyak yang masih belum bisa membaca, bahkan ada yang putus sekolah.

“Pada tahun 2022 saya melakukan riset kecil-kecilan di pesisir Percut. Tingkat literasi di sana masih sangat rendah. Bahkan anak kecil kelas 6 SD sampai 2 SMP masih banyak yang belum bisa membaca. Jadi saya pikir mereka harus punya wadah belajar informal yang mampu menyelesaikan masalah ini. Saya sebagai anak pesisir mungkin merasakan problematika yang dihadapi mereka juga, seperti masalah ekonomi, sosial, pendidikan yang masih belum baik, dan lain-lain," ungkapnya.

Redaksi dibentuk Yuda, dengan target yang lebih luas, tak hanya menjangkau Percut saja. Namun seluruh pesisir yang ada di Sumatra Utara.

"Kami merasa bahwa komunitas ini nantinya akan bisa dan namanya akan dipakai di tingkat Sumut dan harapan yang kami inginkan sampai ke seluruh Indonesia,” ucap alumni Universitas Medan Area itu.

Berdiri sejak tahun 2022, kini rumah belajar bernama Redaksi itu, sudah memiliki legalitas yang telah tercatat secara resmi di pemerintahan desa Percut.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved