TRIBUNWIKI

SEJARAH Hari Ulos yang Kini Masih Diperjuangkan Masyarakat Kawasan Danau Toba

Hari Ulos yang didedikasikan pada tanggal 17 Oktober kini masih perjuangan bagi masyarakat kawasan Danau Toba.

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
Tribun Medan/Maurits Pardosi
Ulos sepanjang 1 kilometer diarak dari Kabupaten Samosir dilanjutkan ke Kabupaten Samosir, Humbahas, dan Taput. 

"Maka dengan adanya RDP ini, kita berharap hari ulos itu dapat terjadi," lanjutnya.

Setelah dari Toba, para pengarak ulos berangkat ke Parapat untuk mengikuti acar puncak Hari Ulos pada tanggal 17 Oktober 2023.


Orator Ulos Manguji Nababan Sampaikan Muatan Filosofis Ulos


Manguji Nababan seorang akademisi sekaligus orator dalam Hari Ulos menguraikan nilai terdalam ulos. Dalam keterangannya, ulos merupakan identitas dan jati diri masyarakat Batak. Pasalnya, ulos digunakan dalam acara yang berhubungan dengan siklus kehidupan manusia; dalam kandungan hingga kematian.

Ulos yang dikenal memiliki nilai-nilai memperlihatkan bagaimana masyarakat Batak berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan yang senantiasa berkembang dan bergerak membuat corak, variasi, dan proses pembuatan ulos mengalami perkembangan.

“Ulos bagian dari identitas dan jati diri masyarakat Batak. Ulos ini sudah digunakan sejak dari kandungan hingga meninggal dunia,” ujar Manguji Nababan beberapa waktu lalu.

Ia juga menyoroti soal nilai yang termaktub dalam pemberian ulos. Secara tak langsung, status dalam acara adat terlihat dari jenis ulos yang diberikan atau dijadikan sebagai kado.

“Dalam masyarakat Batak, ulos ini memperlihatkan hidup sosial. Karena ulos ini dapat digunakan di bagian kepala yang disebut talitali, ulos pada pundak disebut ampeampe atau sampesampe. Ulos ini memiliki beragam corak dan tujuan pemberian ulos bervariasi,” sambungnya.

“Variasi ulos ini juga harus mendapatkan sentuhan keilmuan agar masyarakat semakin mengerti, khususnya generasi muda,” sambungnya.

Selain sebagai karya tangan, nilai sakralitasnya pun tetap menjadi perhatiannya.

“Ulos ini merupakan karya adiluhung. Penggunaan ulos dalam acara adat dan ritual adalah sesuatu yang sakral,” tuturnya.

“Pemberi ulos akan memberikan tingkatan dalam adat dan ini memiliki aturan yang jelas. Ulos ini juga mengalami perkembangan. Artinya, kebudayaan tak pernah statis,” sambungnya.

Ia berharap Hari Ulos Nasional dapat terwujud dengan adanya dukungan masyarakat sekitar.

“Peringatan Hari Ulos Nasional harus kita dorong. Ini juga menjadi kesempatan bagi kita berefleksi. Dan kini, penggunaan ulos semakin luas di ruang publik,” sambungnya.

Dengan demikian, kajian akademis soal ulos masih relevan hingga saat ini.

“Maka, masih dibutuhkan kajian akademis perihal ulos terkait sejarah, filosofis dan proses pembuatannya. Refleksi soal ulos ini juga sudah semakin banyak digelar baik dalam maupun luar negeri,” pungkasnya.

(cr3/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved