TRIBUNWIKI
Ritual Sibiangsa, Tradisi Batak Toba Mempertahankan Kampung di Masa Lampau
Dalam tradisi Batak Toba di masa lalu, ada ritual yang digunakan menjaga kampung.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE – Dalam tradisi Batak Toba di masa lalu, ada ritual yang digunakan menjaga kampung.
Penjaga kampung tersebut disebut Sibiangsa yang diawali dengan ritual.
Menurut seorang warga Silaen yang juga pemerhati budaya dan literasi Tansiswo Siagian menjelaskan, ritual mistik tersebut sudah terjadi ratusan tahun lalu dan di desanya berakhir pada tahun 2002.
Ia menceritakan ritual Sibiangsa muncul karena adanya peperangan antar kampung.
Pada masa itu, bila sebuah kampung kalah dengan kampung lain maka yang kalah harus bersedia memberikan harta dan kekayaaan kampung tersebut kepada pihak yang menang.
"Dulu kan masih kerap terjadi peperangan antar kampung. Selain perang, juga kerap terjadi sesuatu yang membahayakan kampung itu sendiri dari pihak luar. Untuk perang, pihak yang kalah akan menyerahkan harta benda termasuk lahan kepada pihak yang menang," ujar Tansiswo Siagian, Kamis (26/10/2023).
"Oleh karena itu dibutuhkan penjaga kampung dari kepungan musuh termasuk juga gangguan dari luar. Maka muncullah Sibiangsa ini. Di masing-masing daerah, Sibiangsa ini berbeda-beda. Ada yang menggunakan patung sebagai penjaga, ada juga benda lain. Tapi yang di kampung kami adalah cairan tubuh manusia yang ditampung dalam kendi," tuturnya.
Pelaksanaan Ritual Sibiangsa ini diawali dengan perbincangan para penatua di kampung tersebut.
Lalu, dengan adanya kesepakatan bersama, maka ritual dieksekusi dengan melakukan sejumlah persiapan.
Di kampung tersebut, para penatua sepakat bahwa seseorang diboyong ke hutan terdekat kampung itu lalu dikerangkeng serta diberi makan.
"Sepakatlah penatua bahwa mereka harus membawa seseorang ke kampung tersebut dan ditaruh di hutan. Seseorang yang diboyong tersebut dimasukkan dalam kerangkeng dan setiap waktu diberikan makan," tuturnya.
Lama-kelamaan, seseorang yang diculik dan ditawan tersebut menyampaikan permintaan kepada penatua kampung tersebut, khsususnya bagi orang yang menyekap dan menempatkannya di kerangkeng.
Pasalnya, seseorang ini sudah pasrah akan hidupnya dan rasanya segera mati karena tak tahan lagi menahan sakitnya di kerangkeng.
Tepatnya di Dusun Palipi, Desa Dalihan Natolu, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, ritual Sibiangsa digelar jauh sebelum agama Kristen masuk ke Tanah Batak. Seseorang yang dikerangkeng atau calon Sibiangsa menyerah dan membuat permohonan kepada masyarakat kampung.
Dengan segala bujuk rayu, akhirnya mereka sepakat bahwa permintaan calon Sibiangsa ini adalah buah-buahan dan daging anjing berwarna kuning kemerahan atau yang disebut warga sekitar Biang Sibara.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/ilustrasi-suku-batak.jpg)