Tribun Wiki
6 Kesultanan di Sumatera Beserta Raja Pertama yang Berkuasa
Di wilayah Sumatera, tercatat ada tujuh kesultanan yang pernah berdiri dan jaya di masanya. Apa saja kesultanan itu, simak ulasannya
Tahun 1850 Aceh mendekati Raja Langkat agar kembali ke bawah pengaruhnya, namun pada 1869 Langkat menandatangani perjanjian dengan Belanda, dan Raja Langkat diakui sebagai Sultan pada tahun 1877.
Kesultanan Serdang
Kesultanan Serdang adalah sebuah kesultanan yang berdiri pada tahun 1723, setelah adanya sengketa takhta Kerajaan Deli pada tahun 1720.
Setelah resmi berdiri, Kesultanan Serdang bergabung di bawah kedaulatan Kedatukan Sunggal.
Kesultanan ini memiliki wilayah kekuasaan yang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu, dan Ramunia.
Wilayah Perbaungan juga masuk dalam Kesultanan Serdang karena adanya ikatan perkawinan .
Seperti kerajaan-kerajaan lain di Sumatra Timur, Serdang menjadi makmur karena dibukanya perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit.
Serdang ditaklukkan tentara Hindia Belanda pada tahun 1865.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani tahun 1907, Serdang mengakui kedaulatan Belanda, dan tidak berhak melakukan hubungan luar negeri dengan negara lain.
Dalam Revolusi Sosial Sumatra Timur tahun 1946, Sultan Serdang saat itu menyerahkan kekuasaannya pada aparat Republik.
Namun, berbeda dengan yang terjadi di beberapa kesultanan Sumatra Timur, karena Sultan dan pejabat kesultanan ketika itu merupakan pendukung Republik, maka tidak terjadi kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa di Serdang, dan istana Kesultanan Serdang tidak menjadi sasaran penjarahan massa.
Institusi Kesultanan Serdang masih berdiri sampai sekarang, serta masih melestarikan adat istiadatnya secara turun temurun, meski sudah tidak memiliki kekuasaan dalam politik dan pemerintahan.
Namun, dalam hal-hal tertentu, pemerintah juga mengambil keputusan bersama dengan pihak kesultanan, khususnya mengenai masalah sosial dan kebudayaan.
Wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang saat ini mencakup Kabupaten Serdangbedagai, Kota Tebingtinggi, serta sebagian Kabupaten Deliserdang di Provinsi Sumatra Utara.
Kesultanan Barus
Kesultanan Barus ini berada di KabupatenTapanuli Tengah, Sumatra Utara.
Menurut kronik Barus yang berjudul Sejarah Tuanku Badan, Kesultanan Barus bermula dari berpindahnya anggota keluarga Kesultanan Indrapura ke Tarusan, Pesisir Selatan.
Dari sini kemudian mereka pergi ke utara hingga tiba di Barus.
Menurut kronik itu, Kesultanan Barus didirikan oleh Sultan Ibrahimsyah bin Tuanku Sultan Muhammadsyah dari Tarusan, Pesisir Selatan, tanah Minangkabau.
Kepergian Sultan Ibrahimsyah (Ibrahim) ke Barus setelah ia berseteru dengan keluarganya di Tarusan.
Ia pergi menyusuri pantai barat Sumatra hingga tiba di Batang Toru.
Dari sini ia terus ke pedalaman menuju Silindung.
Di pedalaman, masyarakat Silindung mengangkatnya sebagai raja Toba-Silindung.
Di Silindung, Ibrahim juga membentuk institusi empat penghulu seperti halnya di Minangkabau.
Penghulu ini berfungsi sebagai wakilnya di Silindung.
Selanjutnya ia menuju Bakara dan menikah dengan putri pimpinan setempat.
Dari putri Batak itulah, Sultan Ibrahim memiliki putra yang bernama Sisingamangaraja.
Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya ke Pasaribu.
Disana masyarakat setempat menanyakan dari mana asalnya dan bertujuan untuk apa datang kesana.
Untuk menyenangkan hati raja, Ibrahim menjawab bahwa ia datang dari Bakara dan bermarga Pasaribu.
Mendengar kesamaan marganya dengan Ibrahim, Raja Pasaribu sangatlah senang.
Ia kemudian meminta Ibrahim untuk tinggal di Pasaribu.
Namun Ibrahim merasa bahwa tempat ini tidaklah cocok untuknya.
Maka bersama raja dari Empat Pusaran (empat suku) ia pergi hingga tiba di tepi laut.
Tempat ini kemudian dinamainya Barus, serupa dengan nama kampung kecilnya di Tarusan, Pesisir Selatan.
Disini ia diangkat sebagai raja dengan gelar Tuanku Sultan Ibrahimsyah.
Kesultanan Aceh
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496.
Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukkan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur.
Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Haru atau Aru.
Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537.
Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1571.
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan Meukuta Alam.
Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama.
Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut.
Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu.
Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak membawa penduduknya ke Aceh.(tribun-medan.com)
| Profil Karim Adeyemi, Pemain Dortmund yang Jadi Incaran Juventus |
|
|---|
| Profil Bambang Pujo Sumantri, Eks Pelatih Malang United Kini Nakhodai Persiku Kudus |
|
|---|
| Profil Moisés Caicedo, Pemain Muda Chelsea dengan Masa Depan Gemilang |
|
|---|
| SOSOK Letjen TNI Bobby Rinal Makmun, Asops Panglima Akmil 92 Penyandang Beragam Brevet Luar Negeri |
|
|---|
| Biodata dan Harta Kekayaan Hellyana, Wakil Gubernur Bangka Belitung Tersandung Dugaan Ijazah Palsu |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/masjid-azizi-tanjung-pura.jpg)