Viral

Aksi Perundungan Kian Marak Terjadi, di Pariaman Bocah SD Dipaksa Kakak kelas Minum Air Kencing

Asosiasi Peduli Piaman Laweh (Aspila) menerima laporan dugaan perundungan siswa di sebuah sekolah dasar di Kota Pariaman, Sumatera Barat, pekan lalu

Editor: Satia
Istimewa
Ilustrasi Siswa SD jadi korban perundungan kakak kelas 

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Pariaman sudah melakukan mediasi penyelesaian kasus bullying atau perundungan di SDN 01 Marapak Kota Pariaman, Jumat (29/9/2023).

Mediasi di sekolah tersebut dihadiri Kadisdik Pariaman, ayah korban, kepala sekolah, kabid disdik, kepolisian, kepala desa, warga dan pihak guru.

Mediasi bermula saat kepala sekolah bernama Maiyunis menceritakan kronologi kejadian sesuai pengetahuannya.

“Hari itu datang orang tua dari murid tersebut ke sekolah dan menanyakan wali kelas kepada saya. Saya jawab bahwa saya kepala sekolah ada buk,” ungkap Maiyunis.

Maiyunis melanjutkan, orang tua korban mengatakan kalau anaknya bercerita bahwa celananya dibuka dan disiram oleh kakak kelas 5.

Baca juga: Respons Ketua Umum PDIP Megawati Soal Prabowo Jadi Presiden Tapi Ganjar Dijadikan Wapres di Pilpres

“Saya panggilah kakak kelas yang dimaksud tersebut. Setelah ditanyakan mereka mengatakan tidak ada membuka celana korban namun memasangkan resletingnya,” jelas Kepala Sekolah.

Soal disiram pakai air, lanjutnya, itu benar, namun itu dilakukan dengan pistol air mainan, cuma sekali tembak.

Sementara itu, ayah korban bernama Julianto menjelaskan bahwa anaknya sempat mengigau selama beberapa hari saat tertidur.

“Usai kejadian itu anak saya ngigau saat tidur beberapa kali. Ini sempat membuat saya tidak nyaman,” kata Julianto.

Baca juga: Nyambi jadi Markus, Oknum Jaksa Wanita di Riau Terancam Dipecat, Kejati: 4 Orang Sudah Diperiksa

Karena itu, lanjutnya, ia tidak terima dengan apa yang terjadi sehingga perlu melakukan tindakan terkait kejadian itu.

Menyoal itu semua, Kadis Pendidikan Kota Pariaman Kanderi mengatakan kedua belah pihak telah dipertemukan. Masing-masing pihak telah menyampaikan cerita versi mereka.

Menurut Kanderi, usai mendengarkan cerita kedua belah pihak, ternyata terdapat kesalah pahaman.

“Kenyataan yang terjadi antara murid tersebut tidak seperti informasi yang beredar. Hanya kesalah pahaman penerimaan dari orang tua murid dari cerita anaknya,” ungkap Kanderi.

Setelah mendengar cerita dari anaknya, lanjut Kanderi, orang tua murid datang ke sekolah dengan emosi.

Baca juga: FEBRI DAN RASAMALA Tak Ketahui Ada Perusakan Barang Bukti Korupsi di Kementan, Mahfud: KPK Buru Itu

“Nah saat ini kedua belah pihak telah sepakat untuk berdamai dan tidak memperpanjang masalah ini,” ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved