Wahyu Ario Pratomo Sebut Kenaikan Beras SPHP Bulog 15,6 Persen Masih Wajar

Saat ini masih ada daerah yang menghasilkan beras secara normal karena tidak terdampak El Nino

TRIBUN MEDAN/ABDAN SYAKURO
Petugas mengecek jumlah stok beras di gudang Perum Bulog Sumut Jalan Mustafa Nomor 5-A, Kota Medan, Rabu (6/9). Badan Pangan Nasional menugaskan Perum Bulog mengimpor sebanyak 2 juta ton beras untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan hingga kini sudah terealisasi sebanyak 1,3 juta ton dan sisanya 700 ribu ton akan diupayakan secara bertahap hingga akhir tahun 2023. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kenaikan harga beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebesar 15,6 persen yang berlaku sejak 1 September 2023 dinilai wajar.

Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) Wahyu Ario Pratomo ketika dihubungi pada Rabu (13/9/2023).

"Kenaikan standar harga dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) dinilai wajar karena memang harga beras sudah naik sehingga menjadi dasar bagi Bulog untuk dapat juga menaikkan harga beli beras petani," ujarnya.

Dikatakannya, saat ini masih ada daerah yang menghasilkan beras secara normal karena tidak terdampak El Nino. Agar stok beras dapat terjaga maka Bulog harus intervensi dengan membeli beras petani lokal secara prioritas.

"Tentunya pembelian itu dilakukan dengan harga yang lebih baik dan bersaing dengan pengumpul atau distributor beras, dengan demikian stok Bulog terjaga dan distribusi beras berjalan baik dan harga masih terkendali," sebutnya.

Dia menyebutkan, jika Bulog tidak memiliki stok yang cukup untuk mengintervensi pasar, dikhawatirkan harga beras nantinya akan meningkat lebih besar dan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan kecukupan pangan masyarakat yang mengkonsumsi beras sebagai makanan utama.

Sementara itu, kenaikan beras yang terjadi secara nasional saat ini, menurut Wahyu, disebabkan adanya pasokan beras nasional yang terganggu akibat produksinya berkurang karena dampak El Nino serta naiknya harga beras global akibat larangan ekspor beras negara produsen beras seperti India.

"Karena pasokan yang kurang sementara permintaan yang masih stabil maka terjadi lah kenaikan harga. Kenaikan harga beras tentunya akan menaikkan harga produk turunannya seperti tepung beras dan juga naiknya harga produk makanan yang diproduksi dengan bahan baku beras," ungkapnya.

Namun dia berharap kenaikan harga beras tersebut tidak begitu besar sehingga inflasi Indonesia masih dapat terjaga.

Dia juga meminta kepada Pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota untuk dapat menghimbau masyarakat Sumut agar tidak melakukan panic buying. Hal itu dikarenakan Sumut tidak terkena dampak dari fenomena cuaca El Nino sehingga stok beras di Sumut cukup dan aman.

"Jika masyarakat Sumut melakukan panic buying maka yang terjadi adalah harga beras di Sumut akan ikutan naik karena stok menjadi terbatas. Media juga perlu memberikan informasi agar perilaku ikut-ikutan memborong beras karena takut harga naik tidak terjadi dan lebih mementingkan kepentingan bersama bukan kepentingan pribadi," pungkasnya. (cr10)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved