TRIBUNWIKI
Sejarah Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
Melalui Sumpah Pemuda, perjuangan rakyat tidak lagi bersifat kedaerahan, tetapi memiliki persatuan yang kuat.
Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Ayu Prasandi
Pertemuan ketiga, juga di hari yang sama, 28 Oktober 1928, pukul 17.30-23.30, Gedung Klugerbouw, Indonesia Pada sesi berikutnya, Sonario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi di samping gerakan kepanduan.
Sementara itu, Ramelan berpendapat bahwa gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari gerakan nasional: sejak usia dini, gerakan kepanduan mengajarkan anak-anak disiplin dan kemandirian yang dibutuhkan untuk perjuangan.
Sebelum kongres ditutup, lagu "Indonesia" karya Raja Rudolf Supratman dikumandangkan, yang disambut sorak-sorai meriah oleh para peserta kongres.
Kongres ditutup dengan pengumuman hasil-hasil kongres, yang dirumuskan oleh para pemuda yang hadir sebagai berikut.
PERTAMA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.
KEDOEA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.
(cr/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ilustrasi-Sumpah-Pemuda-28-Oktober.jpg)