Janji Kapolda Sumut Selesaikan Begal dan Preman Tanpa Mengumbar Kebrutalan

Kapolda Sumut, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi mengatakan dalam waktu dekat dia targetkan akan selesaikan premanisme dan begal.

Editor: Jefri Susetio
Istimewa
Kapolda Sumut, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi mengatakan dalam waktu dekat dia targetkan akan selesaikan premanisme dan begal. 

KAPOLDA: Ya. saya mengutip Dahlan Iskan bahwa ada kebenaran ilmiah dan kebenaran persepsi. Kebenaran persepsi ini selalu dibangun beriringan dengan dinamika ekonomi. Dan, itulah yang saya katakan premanisme dan begal adalah satu target yang harus diselesaikan. Tanpa harus menngumbar kebrutalan kita.

 

TRIBUN: Semisal ada perintah Pak Kapolda itu ada begal tembak mati. Mungkin ini yang dimaksud dengan mengumbar kebrutalan ya Pak Kapolda?

KAPOLDA: Ya. Itu yang harus kita kelola, kita sadari bahwa yang kita hadapi nanti bukan hanya begal. Tetapi, ibu-ibu yang memerlukan pertolongan, anak-anak yang memerlukan arahan. Dan, mungkin juga penjahat yang harus segera ditangkap. Dengan kita membawa suatu kondisi kebrutalan tadi tentu akan merusak yang lain.

Nah ini yang kita cegah dan kita ingin membawa satu gelombang baru, satu cara baru bagaimana polisi-polisi yang lebih humanis.

 

TRIBUN: Tapi, sesungguhnya Pak Kapolda, kepolisian itu sudah dibekali dengan kewenangan untuk mengambil diskresi. Misalnya mengambil tindakan tegas terukur itu.

KAPOLDA: Memang itu secara hukum kita diberikan, kita tahu secara hukum memiliki itu. Tapi kemudian menjadi kelebihan. Tapi saya paham bahwa kita punya alasan hukum untuk mengambil tindakan hukum yang tegas.

Tapi mari kita coba, situasi yang lebih humanis. Model-model polisi humanis ini menjadi idola sebenarnya. Banyak anak-anak dalam film-film yang sangat mengidolakan, menginspirasi anak-anak kita untuk menjadi polisi.

Jadi, polisi humanis ini bisa dilihat sebagai harapan polisi kedepannya semakin dicintai masyarakat. Artinya yang bisa dijual dari polisi bukan kewenangannya tapi veluenya, velue yang jujur.

Selain itu, selama satu pekan di Medan ini, saya ketemu orang, saya mendengar.

Ada yang melapor Pak kalau di Jakarta bisnis itu harus siapkan lima syarat. Tapi kalau berbisnis di Medan harus siapkan 15 syarat.

Artinya, ada 10 syarat tambahan yang bagi si pelapor itu binggung. Biasa di tempat lain tidak pernah mendapatkan seperti ini. Mungkin ini perlu diindentifikasi lagi.

Lalu, ada juga keluhan dari teman-teman videografi di Medan. Bang kami di sini baru menaruk barang saja sudah datang orang minta rokok.

Nanti satu jam kemudian ketika sedang bekerja datang lagi memakai baju lain, minta tambahan uang rokok. Jadi, masalah ini harus kita uraikan.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved