TRIBUNWIKI
Perlanja Sira, Sosok yang Miliki Andil Besar dalam Sejarah Perdagangan di Kabupaten Karo
Salah satu sejarah perdagangan yang tidak bisa lepas dari Kabupaten Karo, ialah adanya sosok yang disebut dengan Perlanja Sira.
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Pada jaman kolonial Belanda, hampir semua wilayah Indonesia memiliki sejarah tentang perjalanan perdagangan.
Sama seperti daerah lain, Kabupaten Karo juga ternyata punya andil penting dalam sejarah perdagangan di Sumatera Utara dimana daerah dataran tinggi ini sampai sekarang juga masih menjadi kawasan penyuplai hasil bumi.
Salah satu sejarah perdagangan yang tidak bisa lepas dari Kabupaten Karo, ialah adanya sosok yang disebut dengan Perlanja Sira.
Dari namanya sendiri, dalam bahasa Karo Perlanja Sira berarti seseorang pedagang garam.
Menurut informasi yang didapat dari Kurator Museum Pusaka Karo Kriswanto Ginting, sosok Perlanja Sira ini dulunya merupakan sosok penting sejarah perdagangan di Kabupaten Karo.
Dirinya menjelaskan, mengapa disebut pembawa garam yaitu dulunya Perlanja Sira ini awalnya membawa hasil bumi dari Kabupaten Karo ke daerah Pesisir Timur Sumatera seperti kawasan Hamparan Perak dan Deli Tua.
"Jadi sosok Perlanja Sira ini, membawa hasil bi dari gunung (Kabupaten Karo), untuk dibawa ke daerah pesisir. Di sama, hasil bumi dari sini ditukar dengan sistem barter dengan barang lainnya terutama garam," ujar Kriswanto.
Mengapa garam? Ya jika ditarik lagi ke jaman dahulu, tentunya garam merupakan hal yang langka bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan.
Hal ini dikarenakan akses dan fasilitas yang masih sangat minim, sehingga pertukaran antara barang dari pegunungan dengan pesisir harus ditempuh dengan jarak dan waktu yang tidak mudah.
Dari catatan singkat di Museum Pusaka Karo, dahulu Perlanja Sira menjajakan garam yang dibawanya dengan cara berjalan kaki menyusuri bukit dan hutan mulai dari Kabupaten Karo hingga ke Kota Medan.
Ada banyak resiko yang harus dihadapi oleh Perlanja Sira ini, seperti binatang buas, bahkan bisa saja bertemu dengan orang jahat hingga akhirnya dirampok.
Mengingat pada jaman dahulu garam merupakan suatu hal yang langka, dan dapat dikatakan garam merupakan barang mewah.
"Bahkan dulu itu, karena garam ini merupakan barang yang mewah, satu genggam garam itu bisa untuk beli tanah atau hal lain yang sangat bernilai harganya," Ucapnya.
Untuk menempuh perjalanan dari dataran tinggi Kabupaten Karo hingga perkampungan di daerah pesisir timur, Perlanja Sira harus menempuh waktu yang tidak singkat.
Apalagi karena memang dahulu belum ada akses jalan seperti saat ini, perjalanan yang ditempuh hingga berhari-hari.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Patung-sosok-Perlanja-Sira-yang-memiliki-andil-besar-dalam-sejarah-perdagangan-di-Kabupaten-Karo.jpg)