Berita Sumut

Sengkarut Persoalan Nelayan Sergai, Mulai BBM Subsidi Hingga Harga Ikan yang Tak Menentu

Sejumlah nelayan tradisional di Kabupaten Sergai hidup dengan ekonomi yang serba pas-pasan, tak jarang harus berutang demi mencukupi kehidupan harian.

|
Penulis: Anugrah Nasution |
Tribun Medan/Anugrah Nasution
Nelayan tradisional sedang memperbaiki jaringan saat ditemui Tribun Medan, Jumat (7/4/2023). 

Ayah dua orang anak itu menyebutkan, persoalan BBM subsidi sudah dirasakan sejak lama.

Namun sampai saat ini pemerintah tak pernah turun tangan. 

Ali menyebutkan, persoalan BBM subsidi tidak dinikmati oleh nelayan kecil sepertinya melain pihak pihak tertentu. 

"Kita kalau nelayan mau isi pakai jerigen ke SBPU dan SPBN sangat sulit. Padahal kita hanya beli seperlunya. Tapi kami sering liat orang orang lain beli pakai becak berjerigen jerigen dikasih, makanya sejak itu kita milih pakai BBM eceran meski mahal dari pada tidak melaut, kan susah," ujar Ali. 

Ali menyebutkan, para nelayan bukan tidak bersedia mengurus kartun nelayan, hanya saja mereka tidak paham mekanisme dan aturan soal kepengurusannya. 

Menurut para nelayan sejauh ini baik pemerintah pusat dan daerah jarang memberikan sosialisasi kepada nelayan mengenai hal itu. 

"Kita mau urus, jika memang mengerti, nanti kita sudah ada kartu nelayan katanya sudah tak berlaku. Karena nelayan seperti kami ini pergi ke laut siang, pulang subuh, jadi kadang kita tak pernah dapat informasi di darat, tidak tau bagaimana urus ini itu," ujar Ali. 

Masalah BBM subsidi juga disampaikan oleh para nelayan yang ada di Kecamatan Teluk Mengkudu.

Baca juga: Dua Nelayan Kecamatan Pandan Nyambi Jadi Pengedar Ganja

Bahkan nelayan di sana sudah hampir dua pekan tidak melaut karena hal itu. 

Masalah BBM subsidi ini yang turut membuat penghasilan nelayan tradisional khsusus di Serdangbedagai berkurang.

Dilain hal, meski melaut tak jarang para nelayan tidak membawa pulang tangkapan. 

"Seperti saat ini kami sudah empat hari tidak melaut karena angin kencang. Ya selama empat hari tak dapat apa apa. Kadang kita ke laut juga tidak ada hasil, untuk pulang modan isi BBM dan makan di laut saja tidak balik," kata Syahrul nelayan lainya. 

Syahrul yang sudah lebih dari 20 tahun jadi nelayan berkeluh, selain BBM harga ikan yang tak menentu membuat mereka kerap rugi. 

Sementara pemerintah tak pernah memberi bantuan seperti jaring atau alat tangkap kepada nelayan. Karena kondisi tersebut nelayan tradisional banyak  hidup dalam garis kemiskinan. 

"Kalau pas dapat ikan pasti modal tak balik, juga kalau ikan lagi banyak, harga jatuh, kita nelayan tak juga rugi. Makanya kami nelayan ini sudah binggung mau ngadu ke mana," kata Syahrul. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved