Ramadan 1444 H
Masjid Raya Lubuk Pakam, Dibangun Tahun 1893, Terus Mempertahankan Warna Khas Melayu
Ukuran masjid juga tetap sama. Saat ini kanopi ditambah di setiap sisi masjid dan telah dibangun bagian untuk tempat wudhu.
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Ayu Prasandi
Satu hal yang juga tidak kalah menarik dari masjid ini adalah banyaknya jendela yang terpasang. Kahfi (68) mengatakan masjid ini banyak mendapat perhatian dari tokoh-tokoh penting.
Satu diantaranya adalah mantan Gubernur Sumut Samsul Arifin. Disebut kalau sebelum menjadi Gubernur Samsul memberikan bedug.
Bedug terbuat dari batang pohon aren.
Sampai saat ini beduq masih berada di area teras masjid. Pada saat bulan Ramadhan kegiatan tadurus dan buka puasa bersama masih terus dilakukan.
"Kalau kata orang-orang di masjid kita ini yang paling mewah makanan-makanannya. Banyak aja yang memberikan makanan untuk buka puasa, "kata Kahfi.
Kahfi menceritakan, karena menjadi masjid pertama dari cerita orang-orang tua dulu banyak orang dari Kecamatan lain termasuk dari Beringin yang datang ke masjid ini untuk melaksanakan ibadah Salat Jumat.
Dari Beringin warga sudah pergi dari pukul 10.00 WIB agar bisa tepat waktu mengikuti Salat Jumat.
"Kalau Masjid Raya kan artinya karena memang jadi masjid pertama. Ya inilah masjid pertama di Lubuk Pakam ini. Kalau menara masjid ini bangunan baru dulunya belum ada, "kata Kahfi.
Karena sudah ratusan tahun saat ini tidak banyak orang yang tahu sejarah masjid ini berdiri.
Saat ini salah satu warga yang masih mengetahui sejarah berdirinya masjid adalah adalah Ir H Tengku Mustafa yang rumahnya tidak jauh dari bangunan masjid.
Dari ceritanya disebutkan bangunan masjid berdiri tidak terlepas karena kejadian banjir tahun 1889 yang terjadi di pusat kerajaan serdang yang berada di Kampung Besar Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu.
Saat itu Sultan Sulaiman pindah ke kawasan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdangbedagai dan mendirikan Istana Darul Arif di Desa Kota Galuh.
Disebut Sultan Sulaiman merupakan keponakan dari Tengku Raja Muda.
“Tengku Raja Muda ini punya anak namanya Tengku Muhammad Noer yang merupakan kakek saya. Jadi saat berada di Perbaungan itu Tengku Raja Muda itu diperintahkan oleh Sultan Sulaiman untuk tinggal di Lubukpakam.
Karena saat itu Belanda juga pindah dari Kampung Besar ke Lubukpakam setelah banjir. Sultan Sulaiman tidak mau tinggal di Lubukpakam karena Belanda di Lubukpakam makanya kemudian disuruhnya Tengku Raja Muda tinggal di Lubukpakam, “ jelas Tengku Mustafa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Kondisi-Masjid-Raya-Lubuk-Pakam-yang-berada-di-Jalan-Tengku-Raja-Muda-Lubuk-Pakam.jpg)