Pajak

Keluarga Bripka Arfan Saragih Buka Suara, sebelum Tewas Katakan Bongkar Sindikat Penggelapan Pajak

Keluarga Bripka Arfan Saragih buka suara, kematian berkaitan adanya perkataan korban yang akan membongkar sindikat penggelapan pajak

HO / Tribun Medan
Fince Saragih dan Binneria Purba kedua orang tua Bripka Arfan saat ditemui Tribun, di rumahnya di Dusun Pagar Janji, Mariahbuttu, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (16/3/2023). /Anugrah Nasution.  

TRIBUN-MEDAN. com, SIMALUNGUN - Keluarga Bripka Arfan Saragih menduga kematiannya berkaitan adanya perkataan dirinya yang akan membongkar sindikat penggelapan pajak di Samsat Kabupaten Samosir.

"Jadi sebelum dia meninggal dia pernah mengatakan kepada istrinya, kalau dia sudah capek ditekan tekan mengenai kasus pajak itu. Dan dia bilang kalau dia akan membongkar sindikat penggelapan pajak di Samsat Samosir. Cuman istrinya saat itu melarang karena takut juga," ujar Tasman Sipayung keluarga Bripka Arfan Saragih kepada Tribun Medan, Kamis (16/3/2023).

Keluarga almarhum lanjutnya semakin yakin jika Bripka Arfan meninggal karena dibunuh dan ditumbalkan untuk menutupi kebobrokar Samsat Samosir dan untuk melindungi orang orang yang terlibat dalam kasus tilap uang perpanjangan pajak kendaraan sepeda motor senilai Rp 2,5 milliar.

"Jadi kami menduga dan semakin yakin jika Arfan ini seola olah dijadikan tumbal untuk menutupi kebobrokar Samsat Samosir dan orang orang yang terlibat di sana, " ujarnya.

Tasman Sipayung, keluarga Bripka Arfan Saragih saat berziarah dimakam Arfan yang ada di Dusun Pagar Janji, Mariahbuttu, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (16/3/2023).
Tasman Sipayung, keluarga Bripka Arfan Saragih saat berziarah dimakam Arfan yang ada di Dusun Pagar Janji, Mariahbuttu, Silau Kahean, Simalungun, Kamis (16/3/2023). (TRIBUN MEDAN/ANUGRAH NASUTION)

Menurutnya alasan kemanakannya itu meninggal dunia karena meminum racun akibat masalah korupsi pajak kendaraan sangat tidak masuk akal.

Apalagi sebutnya, almarhum Bripka Arfa Saragih sudah membayarkan kerugian negara senilai Rp 650 juta dan kasus korupsi itu terkuak usai dia ditemukan meninggal.

"Karena waktu dia meninggal baru terungkap jika ada koruspi itu. Kalau dia mau bunuh diri kenapa setelah bayar uang Rp 650 juta dan saat ini tinggal Rp 80 juta saja yang belum dibayarkan. Itu yang membuat kami tidak yakin dia bunuh diri," ujarnya.

Tasman mengatakan, keluarga tidak pernah membantah jika Bripka Arfan terlibat dalam penggelapan pajak. Namun keluarga tidak pernah percaya jika dia bunuh diri karena masalah itu.

Sebab kata dia, dalam kasus tersebut ada beberapa tersangka lainya. Namun dengan tewasnya Bripka Arfa seolah-olah ada upaya untuk membuat kasus penggelapan pajak dilimpahkan kepadanya.

"Kami keluarga sudah bayar, bahkan rumah Arfa itu yang ada di Samosir sudah dijual untuk bayar kerugian bahkan kami keluarga gotong royong buat membantu. Tapi kami liat dengan meninggalnya Arfa semua masalah mau dilimpahkan sama dia sendiri," tuturnya.

Sebelum polisi mengatakan jika Bripka Arfan meninggal dunia karena meminun racun sianida.
Bripka Arfan Saragih ditemukan tewas di tebing curam Dusun Simullop, Desa Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir oleh sesama rekan polisi pada 6 Februari lalu.

Menurut keterangan polisi didekat jenazah Bripka Arfan, ditemukan botol minuman bersoda berwarna keruh yang diduga telah dicampur dengan racun sianida dan botol diduga berisi serbuk racun.

Kemudian, pada jarak 80 sentimeter dari tubuh korban ditemukan tas berwarna hitam merk Asus yang didalamya terdapat 19 BPKB dan 25 STNK.

Di samping tas ditemukan plastik tulisan Indomaret yang berisikan 1 gulungan tali nilon berwarna biru.

Selain itu polisi mengatakan jika Bripka Arfa Saragih terlibat kasus korupsi pajak kendaraan di Samsat Samosir senilai Rp 2 miliar.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved