Berita Viral

Mengenal Rudal Hipersonik Kinzhal yang Sangat Sulit Dicegat, Capai Kecepatan 12.350 Km/Jam

Total 81 rudal hipersonik Kinzhal menyerbu Ukraina menyebabkan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa kehilangan daya

BBC
Ilustrasi Rudal 

2. Fitur utama dari rudal Kinzhal

Kinzhal adalah rudal balistik yang diluncurkan dari udara yang mampu membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.

Senjata ini memiliki jangkauan yang dilaporkan 1.500-2.000 km (930-1.240 mil) dengan muatan 480kg.

Rudal dapat mencapai kecepatan hingga Mach 10 (12.350 km/jam atau 7.674 mph).

Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia adalah pemimpin global dalam rudal hipersonik yang kecepatan, kemampuan manuver.

Ketinggiannya membuat mereka sulit dilacak dan dicegat.

Di Ukraina, rudal pertama kali digunakan pada Maret 2022 untuk menghancurkan depot bahan bakar, menurut Moskow.

Pada Kamis, Yurii Ihnat, juru bicara angkatan udara Ukraina, mengatakan negaranya tidak memiliki kemampuan untuk "melawan" Kinzhal.

3. Siapa yang mengembangkan rudal hipersonik?

- Amerika Serikat secara aktif mengejar pengembangan senjata hipersonik – senjata manuver yang terbang dengan kecepatan setidaknya Mach 5 – sebagai bagian dari program Serangan Global Cepat Konvensional sejak awal 2000-an, menurut laporan kongres .

- Pada April 2022, Australia, Inggris Raya, dan AS – sebuah kelompok yang dikenal sebagai AUKUS – setuju untuk bekerja sama dalam senjata hipersonik dan kemampuan perang elektronik.

Jet pencegat Mig-31 membawa rudal hipersonik Kinzhal di bagian bawah badan pesawat. Rudal udara darat ini mampu menjangkau jarak lebih dari 2.000 kilometer, sanggup membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir.
Jet pencegat Mig-31 membawa rudal hipersonik Kinzhal di bagian bawah badan pesawat. Rudal udara darat ini mampu menjangkau jarak lebih dari 2.000 kilometer, sanggup membawa hulu ledak konvensional maupun nuklir. (Russian Defence Ministry/Russia Today)

- China juga secara agresif mengembangkan teknologinya, menurut US Congressional Research Service (CRS).

- Iran, Israel dan Korea Selatan telah melakukan penelitian dasar pada teknologi tersebut, kata CRS sebelumnya.

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved