Kesehatan

Ketahui Bahaya Gonta Ganti Pasangan, dr Boyke Sarankan Lakukan Pemeriksaan Rutin Tiap 6 Bulan

Kebiasaan gonta ganti pasangan ini tidak hanya berpengaruh pada biologis saja, melainkan juga berpengaruh terhadap psikologis.

HO / Tribun Medan
Seksolog dr Boyke Dian Nugraha 

TRIBUN-MEDAN.com - Gonta ganti pasangan seksual merupakan satu dari beberapa fator penyebab terjadinya penularan penyakit kelamin.

Untuk menghidari datangnya penyakit kelamin tersebut, sebaiknya pria maupun wanita tidak terlalu sering gonta ganti pasangan terutama saat berhubungan intim.

Kebiasaan gonta ganti pasangan ini tidak hanya berpengaruh pada biologis saja, melainkan juga berpengaruh terhadap psikologis.

Baca juga: Anggota TNI Angkatan Laut Dilaporkan Istrinya karena Selingkuh, Wanita Simpanannya Kini Sedang Hamil

Lantas apa bahaya jika terlalu sering gonta ganti pasangan?

Dikutip dari berbagai sumber, gonta ganti pasangan akan menyebabkan terjadinya penyakin seksual seperti HIV.

Dimana orang-orang yang yang berhubungan seksual dengan lebih dari dari satu pasangan risiko penularan HIVnya lebih tinggi.

Semakin sering gonta ganti pasangan seksual, maka semakin besar juga kemungkinan salah satu di antaranya terinfeksi HIV dan tidak menyadarinya.

Selain risiko penularan HIV, dampak lainnnya jika terlalu sering gonta ganti pasangan ialah terkena infeksi menular seks.

CDC memperkirakan setidaknya ada 19 juta kasus baru infeksi menular seksual yang terjadi setiap tahunnya. Adapun penyakit yang paling banyak muncul adalah gonorrhea, sifilis, dan infeksi jamur klamidia. Namun, yang paling umum di antaranya adalah infeksi human papillomavirus (HPV).

Infeksi tersebut tak boleh disepelekan karena HVP ini diketahui berhubungan erat dengan kanker serviks, mulut, dan kerongkongan.

Untuk menghindari hak-hal tersebut, maka sangat dianjurkan untuk menghindari gonta ganti pasangan terlalu sering.

Namun, bagi anda yang sering gonta ganti pasangan, dr Boyke menyarankan agar rutin melakukan pemeriksaan atau tes HIV/AIDS.

"Di awal ketika masuk itu tidak ada gejala, terkadang benar-benar tidak ada gejala sama sekali, tergantung daya tahan tubuhnya," ujar dr Boyke dikutip Tribunmedan.com dari kanal YouTube Sonara FM, Rabu (14/12/2022).

"Baru sekitar 6 bulan, kita sebut itu sebagai fase jendela, mulailah yang namanya darah terdeteksi. Sebelum itu sama sekali belum terdeteksi," lanjut dr Boyke.

Baca juga: Kodrat Shah Mangkir sejak Ditetapkan Jadi Tersangka, Begini Kata Polda Sumut

dr Boyke mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan tes atau pemeriksaan HIV/AIDS.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved