Piala Dunia di Kedai Tok Awang
Hakimi Tahu Mbappe Seperti Bugatti
Maroko telah mencatat sejarah. Mampukah melangkah lebih jauh? Atau sebaliknya, Perancis yang maju ke final dan berada selangkah dari sejarah cemerlang
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Ini juga yang jadi alasan kedua. Berbeda dari Spanyol dan Portugal, pemain-pemain Prancis memiliki kecepatan tinggi. Mereka adalah sekumpulan mobil-mobil sport yang bisa melesat sekelebatan angin. Peugeot RCZ-R, Citroen DS3 Racing THP, Renault Sport R.S.01, Alpine A110S, dan Kylian Mbappe –sudah barang tentu– adalah Bugatti Chiron Sport.
“Ada lima pemain Maroko main di Prancis. Enam kalok dihitung sama Romain Saiss yang dulu pernah lima tahun di sana sebelum pindah ke Inggris. Pastinya, sedikit banyak tahu jugak, lah, orang tu cemana isi perut Timnas Prancis. Apalagi Hakimi. Kawan dekat dia sama Si Mbappe,” kata Leman pula.
Perihal kecepatan memang tak ada yang meragukan Mbappe. Data speedsdb.com menunjukkan Mbappe mampu berlari 37,90 km per-jam. Ia jauh lebih cepat dari pemain Ghana, Kamaldeen Sulemana, yang sejauh ini menjadi yang paling laju di Piala Dunia 2022. Selemana, 20 tahun, berlari 35,7 km per-jam.
Achraf Hakimi jelas paham betul perihal bagaimana kencangnya Mbappe. Hakimi sehari-hari melihatnya dalam sesi latihan dan juga di pertandingan-pertandingan yang mereka jalani bersama di Paris Saint Germain. Hakimi selalu ikut merayakan gol-gol Mbappe dengan meriah. Bahkan sekiranya yang melesakkan gol adalah Lionel Messi atau Neymar atau pemain lain, mereka tetap merayakannya bersama, dengan gaya-gaya yang serba unik.
Keduanya berteman dekat, dan kini, mereka harus berhadap-hadapan dalam balutan jersey berbeda. Mereka akan bertaruh untuk marwah dan kehormatan negara masing-masing.
Pertanyaannya, apakah laga Prancis versus Maroko kelak akan membawa pengaruh pada pertemanan Hakimi dan Mbappe?
“Sebenarnya pertanyaan ini nggak cocok-cocok kali jugak,” sebut Sudung. Ia mengunduh tak kurang 34 foto dan tujuh video Ivana Knoll. “Mbappe pemain profesional. Hakimi jugak pemain profesional. Mestinya nggak ada masalah, kan, ya. Udah tahu, lah, orang tu mana batasan-batasannya. Mana pertemanan, mana profesional. Istilahnya, enggak boleh baper.”
Kalimat Sudung dipotong Tamsil Kalimaya. Menurutnya, profesionalitas ini bisa saja tergerus apabila yang mencuat adalah provokasi. Tamsil mencontohkan pertandingan Inggris melawan Portugal di Piala Dunia 2006. Inggris kalah dan kekalahan ini, satu di antaranya, ditengarai disebabkan oleh kartu merah Wayne Rooney. Dan orang yang paling provokatif meminta wasit mengeluarkan kartu merah adalah Cristiano Ronaldo.
Padahal Rooney dan Ronaldo sama-sama main di Manchester United. Sama-sama pemain muda yang jadi andalan –sekaligus kesayangan– Sir Alex Ferguson. Hampir mirip Mbappe dan Hakimi sekarang, banyak foto dan video yang menunjukkan kedekatan mereka.
“Kartu merah Rooney itu bikin hubungan orang tu dua jadi rusak. Sampek sekarang. Selama ini mungkin ditutup-tutupi, tapi makin ke sini makin jelas. Rooney masih dendam. Dia sering nyindir-nyindir Ronaldo,” ujar Tamsil.
Bagaimana jika tidak ada bentrok dan provokasi? Bagaimana kalau Hakimi dan Mbappe saling menghindar dan cari aman? Maroko akan sangat sulit mendapat angin untuk melewati Prancis.
Ada faktor keempat dan kelima, sebenarnya. Seperti berhadapan bermuka-muka versus Belgia dan Kroasia [sebelum piala dunia], Maroko kalah dalam head to head menghadapi Prancis. Bahkan kalah jauh. Maroko telah tujuh kali bentrok melawan Prancis dan tak pernah menang.
Mereka kalah lima kali dan hanya mampu kali menahan imbang. Laga sama kuat ini, 2-2, terjadi di laga terakhir pada 16 November 2007.
Faktor terakhir, motivasi. Prancis melangkah ke fase empat besar dengan cara yang terbilang meyakinkan. Mereka memang sempat kalah melawan Tunisia, tapi ini terjadi di laga yang tidak lagi menentukan, dan Didier Deschamp, sang pelatih kepala, memutuskan untuk mengistirahatkan pemain-pemain utama di tiap lini. Termasuk Mbappe, Antoine Griezmann, dan Olivier Giroud, top skor sepanjang masa Prancis.
Hanya Aurelien Tchouameni yang tetap masuk line up. Dan dengan mengusung format 4-1-4-1, Deschamps menempatkan Eduardo Camavinga sebagai bek kiri, posisi yang tidak pernah ditempatinya sepanjang hidupnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/hakimimesssii2.jpg)