Breaking News

Piala Dunia di Kedai Tok Awang

Hakimi Tahu Mbappe Seperti Bugatti

Maroko telah mencatat sejarah. Mampukah melangkah lebih jauh? Atau sebaliknya, Perancis yang maju ke final dan berada selangkah dari sejarah cemerlang

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP/DENIS CHARLET/FRANCK FIFE
JADI RIVAL - (Foto Kombinasi) Potret keakraban Klyan Mbappe dan Achraf Hakimi kala merayakan gol-gol untuk klub mereka Paris Saint-Germain di berbagai ajang kejuaraan. Mbappe dan Hakimi, dalam kostum Tim Nasional Prancis dan Maroko, akan berhadapan di pertandingan babak Semi Final Piala Dunia 2022 yang digelar Kamis (15/12/2022) dini hari WIB. 

Barangkali, bahkan rakyat Maroko sendiri, awalnya tidak pernah bermimpi tim nasional mereka bisa sampai pada titik setinggi ini di Piala Dunia 2022.

Memang benar pemain-pemain mereka sekarang sudah lebih banyak menyebar di berbagai klub papan atas di liga-liga top Eropa. Benar juga bahwa mereka melangkah ke putaran final dengan cara yang sangat meyakinkan: tidak pernah kalah dalam delapan laga kualifikasi.

Satu hal barangkali yang jadi alasan. Maroko mendapat undian yang tidak bisa dibilang menguntungkan. Mereka masuk ke grup F yang berisi Belgia, Kroasia, dan Kanada. Hitungannya, pertama, sudah barang tentu peringkat FIFA. Hanya Kanada yang berada di bawah Maroko. Belgia peringkat 2, Kroasia 13, dan Kanada 41. Maroko berada di peringkat 22, atau nomor dua di zona Afrika, di bawah Senegal.

Kedua, head to head. Rekor pertemuan Maroko dengan Belgia dan Kroasia, meski belum banyak laga terjadi di antara mereka, terbilang kurang bagus. Lebih banyak kalah. Dengan Belgia skor 1-2, sedangkan Kroasia 0-1. Sebaliknya menghadapi Kanada angka kemenangan memang lebih condong ke Maroko. Dari empat pertemuan, Maroko menang 2 kali, kalah sekali dan imbang sekali.

“Tapi mungkin karena ini jugak Maroko pergi ke Qatar tanpa beban. Dalam pikiran orang tu, yang penting main saja, lah, main sebaiknya-baiknya, siapa tahu menang. Eh, ternyata Belgia lagi bapuk,” kata Tamsil Kalimaya diikuti tawa berderai. Lek Tuman dan Leman Dogol yang duduk di sampingnya ikut tertawa.

Setelah menahan imbang Kroasia 0-0, Maroko berhadapan dengan Belgia. Kecuali rakyat Maroko dan para petaruh yang nekat, tidak ada yang berani menyebut Maroko akan keluar dari lapangan sebagai pemenang. Paling hebat imbang. Walau tidak lagi “sesangar” di Rusia 2018 dan Euro 2020, Belgia masih datang dengan skuat ‘generasi emas’. Masih ada pemain-pemain kelas satu di sana.

Iya, setidaknya demikian penilaiannya, dan Maroko menunjukkan bahwa penilaian ini keliru. Maroko menunjukkan bahwa generasi emas Belgia cuma tinggal nama. Roberto Martinez, Pelatih Kepala Tim Nasional Belgia, menurunkan tujuh pemain berusia di atas 30 tahun dalam starting line up, dan ini tidak cukup untuk meladeni kecepatan dan kekuatan pemain-pemain Maroko.

LAJU - Pemain Tim Nasional Belgia Timothy Castagne (kanan) berupaya mengejar laju pemain Maroko (kiri) pada satu momentum laga babak Penyisihan Grup F Piala Dunia 2022 di Al-Thumama Stadium, Doha, Qatar, 27 November 2022. Maroko akan berhadapan dengan Prancis di pertandingan babak Semi Final Piala Dunia 2022 yang digelar Kamis (15/12/2022) dini hari WIB.
LAJU - Pemain Tim Nasional Belgia Timothy Castagne (kanan) berupaya mengejar laju pemain Maroko (kiri) pada satu momentum laga babak Penyisihan Grup F Piala Dunia 2022 di Al-Thumama Stadium, Doha, Qatar, 27 November 2022. Maroko akan berhadapan dengan Prancis di pertandingan babak Semi Final Piala Dunia 2022 yang digelar Kamis (15/12/2022) dini hari WIB. (AFP/Fadel Senna)

Ngap-ngap berasap kutengok pemain-pemain Belgia pas lawan Maroko. Menang memang orang tu penguasaan bola. Persis kayak Spanyol, lah. Oper sana oper sini, lego sana lego sini. Bola udah sampek atas disepak lagi ke bawah. Sekali kenak curi, langsung kenak adu lari, habis,” ujar Mak Idam yang sudah menghabiskan waktu lebih 30 menit bersama Sudung untuk membuka-buka koleksi foto Ivana Knoll di Instagram.

Maroko bermain dengan cara yang sama pada dua laga berikutnya. Mereka membangun pertahanan yang kokoh, bermain disiplin [sangat disiplin!], sembari mengintip peluang untuk mencecarkan serangan baik. Siasat yang efektif. Spanyol pulang, Portugal terbenam.

Namun di semi final lawan mereka adalah Prancis. Secara teknis, Prancis tidak bisa dihadapi dengan strategi yang diterapkan kontra Spanyol dan Portugal. Setidaknya ada tiga alasan.

Pertama, Les Blues –julukan Tim Nasional Prancis– punya penendang-penendang jitu, sekaligus pemain yang berani untuk masuk jauh ke jantung kotak penalti lawan. Spanyol dan Portugal tidak punya ini.

Garis pertahanan pemain-pemain Maroko pada dasarnya memunculkan celah yang memungkinkan lawan mendapat ruang untuk melepaskan tendangan dari luar kotak penalti. Spanyol berkali-kali mendapatkan kesempatan ini, tapi tidak dilakukan. Sergio Busquets, Gavi, Pedri, seakan tak punya keberanian untuk menghujamkan shooting.

Di lain sisi, mereka tak lagi punya pemain seperti Fernando Torres atau David Villa , untuk menusuk di kotak penalti. Alvaro Morata yang sebenarnya bisa, meski levelnya di bawah Torres dan Villa, malah dibangkucadangkan.

Masalah Portugal tidak jauh berbeda. “Waktu Ronaldo masuk, awak kira, lah, Maroko akan kesulitan. Paling enggak ada peluang Portugal dapat penalti. Ronaldo, kan, biasanya kek gitu, kan. Kalok lagi buntu, dibawaknya bola masuk ke kotak enam belas. Terus dilanggar lawan, lah, dia. Jatuh teguling-guling dia. Dapat penalti. Ternyata enggak gitu. Ronaldo malah cumak lari sana lari sini,” kata Lek Tuman.

“Ronaldo udah tua, Pak Kep,” sahut Leman Dogol. “udah tak jujut-jujut kali lagi larinya. Ibarat kereta, udah sendat. Udah turun mesin. Pas dia start gampang kali dikejar sama pemain-pemain Maroko.”

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved