Berita Sumut
Warga Kwala Serapuh Lempari Hingga Ancam Bakar Perahu Ponton Pembawa Eskavator Perambah Hutan
Warga Dusun II, Desa Kwala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat, melempari hingga ancam akan bakar perahu ponton yang hendak mengangkut eskavator.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid |
"Olo mengaku akan bertanggung jawab ke pihak Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Bersama Edon, Olo pun leluluasa memindahkan alat berat yang akan diamankan," ujar Lilik.
Baca juga: Mafia Hancurkan Hutan Mangrove di Langkat, Modus Bantu Warga Bangun Benteng, Masyarakat Dibenturkan
Dikabarkan sebelumnya, puluhan warga didominasi emak-emak yang bertempat tinggal di Dusun II, Desa Kwala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengadang dan menyandra operator ekskavator saat hendak dibawa petugas Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan UPT KPH Wilayah I Stabat, Selasa (6/12/2022) sore.
Amatan wartawan Tribun Medan, tampak emak-emak ini mengadang dan memohon agar ekskavator yang telah merusak hutan mangrove agar tidak dibawa.
Sedangkan itu, operator ekskavator tak terlihat lagi setelah wartawan mewawancarai warga dan petugas Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.
Sebelumnya, ekskavator ini sudah berjalan untuk keluar dari kawasan hutan tersebut.
Namun karena diadang, operator pun terpaksa memberhentikan ekskavator.
Padahal informasi yang diperoleh, sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Nomor 8878/MENLHK-PKTL/REN/PLA.0/12/2021, areal di kordinat 4.03720 LU - 98.45420 BT tersebut merupakan kawasan hutan lindung.
Menurut warga, ekskavator yang berada di lokasi hutan lindung ini telah membantu membangun bendungan air yang bermanfaat bagi warga di Dusun II, Desa Kwala Serapuh, untuk .
Nurlela (32) salah seorang warga yang bertempat tinggal di Kecamatan Gebang, Langkat, mengatakan, ekskavator ini sumbangsih yang diberikan oleh salah seorang oknum pengusaha nakal untuk membangun bendungan, agar ketika air pasang tidak masuk ke pemukiman warga.
"Setiap air pasang rumah kami terendam. Ada setinggi mata kaki tingginya air. Kami ini bukan kayak orang kaya itu tidurnya di sofa ataupun di spring bed, ini kami tidur di lantai menggunakan tikar. Benteng (bendungan) kami ini udah pecah, jadi air masuk. Udah ada setahun lebih benteng ini pecah," ujar Nurlela.
Nyatanya amatan wartawan di lokasi, memberi sumbangsih ekskavator untuk membangun bendungan hanyalah modus bagi oknum pengusaha nakal dan tak bertanggung jawab itu, untuk mengalih fungsikan hutan lindung menjadi lahan perkebunan sawit.
(cr23/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Warga-Adang-Eskavator-yang-Hendak-Diamankan.jpg)