Viral Medsos

Ketika Dedi Mulyadi Sindir Pihak Ketiga Dalam Rumah Tangganya, Anne Pergi Umroh Bareng Tanpa Pamit

Persoalan gugatan cerai yang dilayangkan oleh Anne Ratna Mustika kepada sang suami yakni Dedi Mulyadi sudah menjalani persidangan kelima.

Editor: AbdiTumanggor
Instagram
Gugatan cerai dilayangkan Bupati Anne Ratna Mustika ke Dedi Mulyadi terdaftar di Pengadilan Agama Purwakarta dengan nomor surat 1662/Pdt.G/2022/PA.Pwk pada 19 September 2022. 

"Dan guru ngajinya seharusnya juga tanya sama saya, pada suaminya, 'ini istrinya (Anne Ratna Mustika) mau pergi sama saya, saya minta izin dan ridho'. Nah tugas guru ngaji itu mendamaikan bukan memberikan hukuman pada seseorang,"kata Kang Dedi.

Kang Dedi Mulyadi mengungkapkan kekesalannya terhadap sikap guru ngaji istrinya bahkan mengungkit soal air doa agar anak lupa dengan sosok bapaknya.

"Jadi kalau misalnya ada murid di pengajiannya bermasalah, tugas guru ngaji mendamaikan, telepon saya, 'ini istrinya ngadu ini, gimana. Bukan sekadar ngasih air doa agar anaknya lupa sama bapaknya, itu nggak boleh," sindirnya.

Terkait tuduhan KDRT psikis, Kang Dedi pun menjelaskannya secara santai.

Menurutnya dalam undang-undang disebutkan ciri wanita atau istri yang mengalami hal tersebut.

Pertama adalah murung secara terus menerus, kedua kehilangan kepercayaan diri dan terakhir tidak bisa mengambil keputusan.

Jika dilihat dari hal tersebut, tentu saja Neng Anne yang kini menjadi Bupati Purwakarta tidak mengalami ketiga ciri tersebut.

“Pertanyaannya adalah, apakah ada tanda-tanda itu pada embu Anne? Murung terus, tidak bisa mengambil keputusan, kehilangan percaya diri, menurut saya terbalik, embu sebagai bupati saat ini justru sangat pede (percaya diri),” katanya.

Kang Dedi juga mempertanyakan apa yang kurang dari sisi ekonomi keluarga. Menurutnya semua sudah tercukupi terlebih Neng Anne sebagai bupati banyak difasilitasi oleh negara mulai dari makan, minum, mobil, pakaian hingga ajudan.

Kemudian, kata Dedi, ketiga anaknya hidup serba berkecukupan. Anak pertamanya sebentar lagi menyelesaikan kuliah di salah satu PTN di Bandung. Begitu juga anak keduanya yang baru masuk PTS di Bandung dibiayai oleh Kang Dedi.

“Anak yang paling besar sudah hampir selesai di Unpad, yang kedua masuk di Unpar fakultas hukum biayanya dari mulai uang masuk sampai biaya kos saya yang jamin, yang bungsu lagi lucu-lucunya diasuh oleh Teh Elis, biaya pengasuhannya gaji tiap bulannya saya yang menjamin, karena tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga,” kata Kang Dedi.

Sejumlah aset keluarga pun sangat mencukupi untuk anak cucu, seperti di Pasawahan yang menjadi rumah keluarga dan tempat anak-anak dibesarkan.

Begitu juga rumah di Wanayasa yang juga sangat layak. “Itu saya urus tiap hari dan bayar pajak juga listrik yang setiap bulannya lebih dari Rp 20 juta, itu saya yang bayar. Di situlah hidup saling bersama, saling berbagi, urusan beras sudah ditanggung negara, urusan lain saya yang nanggung termasuk aset-aset anak saya untuk masa depan,” ucapnya.

Sebagai pemimpin, lanjut Dedi, sudah sepatutnya tidak lagi memikirkan diri sendiri. Namun yang lebih penting seorang pemimpin harus memikirkan kepentingan rakyat yang mana saat ini masih banyak mengalami kesusahan mulai dari PHK hingga urusan usia muda menjadi PSK untuk menyambung hidup.

“Itu yang harus kita pikirkan. Karena pemimpin itu sudah tidak boleh lagi memikirkan dirinya. Pemimpin itu ditugaskan memikirkan rakyat,” katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved