7 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Kanker Paru-paru

Perokok memiliki kemungkinan 15 hingga 30 persen lebih besar terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Dok. Humas CanHOPE
Dokter Spesialis Kanker Paru-paru, Konsultan Senior, Dokter Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Singapore, Chin Tan Min. 

Menurutnya, rontgen dada tidak terbukti efektif dalam menurunkan angka kematian pada kanker paru-paru

“Dan kita harus ingat bahwa satu pemeriksaan rontgen memaparkan seseorang pada sekitar satu hari radiasi dasar alami. Sebagai bagian dari hidup sehari-hari, orang biasanya terpapar kurang lebih sebesar 0,01 milisievert (mSv),” jelas Dr Chin.

Selain rontgen, lanjut dia, pemindaian computerized tomography (CT) scan juga dapat dilakukan.

Akan tetapi, jumlah paparan radiasi dari satu pemindaian CT lebih banyak daripada yang diperoleh dari satu rontgen dada, biasanya sekitar 4 hingga 7 mSv. Angka ini, hampir sama dengan paparan radiasi dasar rata-rata yang diperoleh seseorang dalam satu tahun.

Dr Chin mengungkapkan bahwa pemindaian CT scan dosis rendah memiliki paparan radiasi yang lebih sedikit.

“Kami biasanya tidak merekomendasikan untuk melakukan pemindaian CT scan tahunan, kecuali bila orang tersebut berisiko tinggi (perokok berat atau memiliki riwayat kanker paru-paru dalam keluarganya) untuk terkena kanker paru-paru,” ujarnya.

Hal tersebut tidak dilakukan karena Dr Chin harus menyeimbangkan antara manfaat yang diperoleh dari deteksi dini dengan risiko radiasi dari melakukan terlalu banyak pemindaian.

Apakah pengobatan yang umum bagi kanker paru-paru?

Dr Chin menjawab bahwa untuk kanker paru-paru stadium 1 dan 2, ia biasanya merekomendasikan operasi secara total membasmi sel-sel tumor yang terlokalisasi.

“Operasi merupakan kesempatan yang terbaik untuk penyembuhan. Dalam beberapa kasus, kami menindaklanjutinya dengan kemoterapi tambahan untuk membersihkan sel-sel kanker secara total guna mengurangi kemungkinan kembalinya kanker,” jelasnya.

Untuk stadium yang lebih lanjut, kata Dr Chin, pihaknya dapat melakukan kombinasi antara terapi radiasi dan atau kemoterapi. Sekarang ini, pihaknya juga menggunakan terapi terarah dan imunoterapi.

Sebelumnya, ketika menggunakan kemoterapi terutama untuk kanker paru-paru stadium 4, median tingkat kelangsungan hidup hanya berkisar antara enam hingga delapan bulan.

“Pada 2004, kami mulai menggunakan terapi terarah dan pada 2015 mulai menggunakan imunoterapi,” imbuh Dr Chin.

Kedua terapi tersebut, menurutnya telah memperbaiki tingkat kelangsungan hidup dengan cukup signifikan. Hal ini dibuktikan dari tingkat kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru stadium 4 rata-rata bisa bertahan hidup selama dua hingga tiga tahun.

Apakah bentuk pengobatan terbaru ini berhasil?

Dr Chin mengatakan bahwa terapi terarah menggunakan obat-obatan dilakukan untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker.

“Sebagai contoh, sel-sel kanker paru-paru kadang kala memiliki mutasi dalam gen reseptor faktor pertumbuhan epidermal atau epidermal growth factor receptor (EGFR). EGFR bertanggung jawab menyebabkan sel-sel kanker untuk bertumbuh dan membelah diri dengan cepat,” ujarnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    Komentar

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved