News Video

Perajin Cetakan Sepatu Ery butuh Perhatian Pemko Medan agar Dapat Membantu Membeli Mesin Produksi

Geliat UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) paska pandemi Covid-19 mulai berangsur normal, seperti Perajin Cetakan Sepatu Kayu Ery

Penulis: Abdan Syakuro | Editor: Fariz

"Biaya produksinya sebenarnya tidak butuh biaya besar karena sistem produksinya masih manual. Malah upah karyawannya yang besar karena masih mengandalkan tenaga manusia," ujar Ery.

Perajin Cetakan Sepatu Ery membuat berbagai macam model cetakan sepatu berbahan kayu seperti pantofel, sport, snickers.

"Satu pasang sepatu memakan waktu produksinya selama satu jam dari bahan mentah dan untuk seharinya bisa memproduksi lima belas atau enam belas pasang cetakan sepatu," ujar Ery.

Ia mengatakan penjualan cetakan sepatu berbahan kayu sudah di distribusikan dibeberapa kota di pulau Sumatera maupun pulau Jawa.

"Distribusi penjualan kita sampai Pekanbaru, Jambi, Palembang, sekeliling Aceh, maupun daerah-daerah di Sumatera Utara. Dulunya juga pernah kirim ke pulau Jawa khususnya Jakarta, tapi karena disana ada cetakan sepatu berbahan plastik jadi mereka pilih itu karena murah," ujar Ery.

Ia mengatakan sudah banyak perajin cetakan sepatu berbahan kayu beralih ke bahan plastik.

"Karena perajin cetakan sepatu berbahan plastik yang ada di pulau Jawa juga melihat contoh cetakan sepatu kayu dari sini, kalo tidak ada contoh dari sini tidak bisa mereka buatnya. Mereka hanya spesialis memperbanyak saja," ujar Ery.

Ia mengaku jika mempunyai mesin cetakan sepatu bisa memproduksi lebih banyak dibandingkan dengan cara manual.

"Karena dengar info dari Jawa itu seperti didaerah Bandung atau Pondok Kopi Jakarta, itu mesinnya bisa memproduksi 60 pasang sepatu dalam satu hari. Tapi mesinnya itu kustom sendiri bukan dijual bebas. Cuma mereka tidak mau dijumpai karena mereka tidak mau kasih tau info tentang mesin itu, mungkin karena takut disaingin usahanya. Pernah kita telfon perajin disana (Jawa), kita tanya masalah kayu dilayaninnya, kalo ditanya mesin produksi, mereka tidak mau menjawab," ujar Ery.

Ia mengatakan harga mesin cetakan sepatu seken dikisaran Rp 60 jutaan.

"Pernah kata orang di Bandung ada, jadi kami kesana tapi tidak jumpa. Kemarin itu harga mesin cetakan sepatu seken dikasaran Rp 60-80 juta yang pernah kita tanya," ujar Ery.

Sementara itu alat kikir pun susah didapatin disini, ia mengatakan hanya mendapatkan alat yang palsu.

"Dapat info di Surabaya banyak yang jual, dulu banyak disini tapi sudah susah dijumpain sekarang. Ini bukan murah ya, harga satunya Rp 250 ribu itupun tidak asli," ujar Ery.

Ia mengaku paska pandemi Covid-19 selama 2 tahun belakangan produksinya malah meningkat.

"Permintaan juga banyak, karena biasanya memasarkan produk secara langsung tetapi disaat pandemi hanya melalui telfon atau whatsapp. Tidak pernah kami kerja dibulan puasa, pas pandemi Covid-19 melanda malah kami bekerja penuh saat bulan puasa. Sebelumnya kami tidak pernah kerja sampai malam-malam, malah kami kerja sampai jam 12 malam sekarang," ujar Ery.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved