Niat Puasa

Niat Puasa Arafah hingga Sejarah dan Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah dilaksanakan sehari sebelum hari raya Idul Adha. Puasa Arafah merupakan puasa kesembilan dzulhijjah.

Penulis: Rizky Aisyah |
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Umat Islam melaksanakan Salat Iduladha 1442 Hijriah, di Masjid Raya, Medan, Selasa (20/7/2021). Masjid Raya menggelar Salat Idul Adha berjamaah di tengah pandemi Covid-19 dengan memperketat protokol kesehatan, seperti penyemprotan disinfektan, mencuci tangan sebelum masuk masjid, menjaga jarak, membawa sajadah sendiri dan mengenakan masker. 

Nabi Ismail ‘alaihis salam berkata,

“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku Insya Allah sebagai seorang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu, agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak bergerak-gerak hingga menyusahkan ayah. Kedua, agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahala dan terharunya ibuku melihatnya. Ketiga, tajamkanlah parangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedihku. Keempat dan yang terakhir, sampaikanlah salamku kepada ibuku, berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.” Dikutip dari 25 Kisah Para Nabi

Kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memeluk puteranya sambil berkata,

“Bahagianya aku mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua, yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”

Waktu penyembelihan tiba yakni tepat tanggal 10 Dzulhijjah. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sendiri yang melakukan penyembelihan terhadap Nabi Ismail ‘alaihis salam.

Namun, proses penyembelihan ini berulang kali mengalami kegagalan. Hingga Nabi Ibrahim ‘alaihi salam pun merasa telah gagal dalam melaksanakan perintah Allah.

Kemudian, Allah berfirman dalam surat Ash-Shaaffaat ayat 104-106,

Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpimu itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” QS. Ash-Shaffat : 104-106

Sebagai balasannya, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya. Beliau pun menyembelih kambing tersebut.

Kisah ini diceritakan dalam Al Qur'an surat Ash-Shaffat ayat 100-113. Untuk mengabadikan keyakinan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa sunnah pada hari Arafah.

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah dilakukan pada hari ke-9 bulan Zulhijah. Puasa Arafah merupakan puasa yang hukumnya sunnah muakkad berarti mendekati wajib.

Keutamaan puasa Arafah bisa menghapus dosa dua tahun. Meski, sebagian ulama menyepakati 'menghapus dosa' ini berarti dosa-dosa kecil.

"Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu," (HR Muslim).

Kendati puasa sunnah Iduladha disebutkan selama 10 hari, namun puasa pada hari ke-10 atau pada perayaan Idul Adha itu sendiri merupakan puasa yang haram hukumnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved