TRIBUNWIKI
Margala, Permainan Tradisional Batak Toba yang Masih Eksis Hingga Kini
Padahal, permainan ini kerap dipertandingkan pada acara 17 Agustus sebagai ingatan bahwa kearifan lokal tetap eksis.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, TOBA – Sebuah permainan yang membutuhkan strategi dan kecepatan yang dikenal masyarakat Batak Toba dinamai “margala”.
Permainan tradisional ini kini mulai dipelihara setelah sekian lama ditinggalkan masyarakat Toba.
Padahal, permainan ini kerap dipertandingkan pada acara 17 Agustus sebagai ingatan bahwa kearifan lokal tetap eksis.
Permainan ini mengandalkan kerjasama tim, mengandalkan kecepatan kaki dan pikiran untuk mengatur strategi mengalahkan lawan.
Permainan ini dilakukan oleh dua kelompok. Setiap kelompok yang bertugas sebagai penjaga harus mampu membaca gerak lawan.
Kelompok penjaga harus mampu menghitung peluang kelompok yang dijaga bisa lolos dari garis yang sudah ditentukan dalam arena bermain.
Sebelum bermain, kedua tim yang akan bermain sepakat menggambar dan menggaris bentuk arena permainan di atas tanah.
Biasanya mereka bermain di halaman rumah.
Bentuknya terdiri dari tiga garis horizontal dan tiga garis vertikal yang membentuk empat kotak, dan kotak itulah yang dijadikan arena permainan.
Baca juga: MARTUTU Aek, Tradisi Masyarakat Batak Toba yang Mirip Upacara Pembaptisan
Cara bermainnya unik. Pertama, tiga orang lawan berkesempatan menjaga di tiga titik terdepan dan ada seseorang lagi yang berkesempatan menjaga di tengah garis vertikal.
Lalu, pihak lawan berusaha memasuki arena yang telah dijaga tadi.
Lawan akan berusaha masuk dengan cara jangan sampai badan mereka tersentuh oleh pihak yang menjaga.
Apabila salah seorang pihak lawan yang tersenggol oleh tim yang menjaganya maka berarti lawan tersebut kalah dan permainan digantikan oleh pihak penjaga.
Bila lawan lolos maka akan mendapat tambahan nilai dan posisinya akan kembali ke tempat semula untuk memainkan permainan untuk yang kedua, begitulah seterusnya.
Sehingga dalam permainan ini, anak-anak terlihat sibuk mengatur strategi dan cara bagaimana lolos dari penjagaan lawan yang berada di sejumlah titik.
Dalam permainan, masing-masing anggota kelompok penjaga dan musuh tidak bisa keluar dari garis yang sudah ditentukan.
Bila menyalahi aturan yang sudah disepakati maka ganjaran dan hukuman pun berjalan sesuai dengan kesepakatan awal. Permainan ini menuntuk kekompakan antara pemainnya.
Dari pengalaman sejumlah orangtua, permainan tradisional ini ternyata sudah ada sejak zaman dahulu.
Bahkan permainan margala adalah salah satu permainan sebagai hiburan resmi para raja batak.
Permainan ini dulunya dimainkan pada saat bulan purnama.
Selain kegiatan kaum muda yang terjadi saat bulan purnama yang dikenal dengan nama martumba, kaum ibu juga mengisi waktu dengan kegiatan bertenun ulos.
Baca juga: MITOS Penciptaan dalam Tradisi Batak Toba, Begini Kisahnya
Secara tak langsung, bulan purnama adalah waktu khusus bagi masyarakat Batak Toba saling berinteraksi lebih panjang.
Pada Sabtu (16/4/2022), Pemerintah Kabupaten Toba mencoba menghidupkan kembali tradisi tersebut.
Saat berada di Kecamatan Siantar Narumonda, Bupati Toba Poltak Sitorus menyampaikan agar permainan terus digalakkan.
Selain itu, ia juga yakin bahwa permainan tradisional ini akan menjadi promosi bagi pengunjung atau wisatawan yang kunjungi kawasan Danau Toba.
(cr3/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/permainan-tradisional-Batak-Toba-Margala.jpg)