TRIBUNWIKI
MARTUTU Aek, Tradisi Masyarakat Batak Toba yang Mirip Upacara Pembaptisan
Pemimpin upacara tersebut mengoleskan kunyit ke tubuh bayi dan menyucikan (memandikan) bayi tersebut degan jeruk purut.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, TOBA - Martutu aek adalah merupakan sebuah perayaan tradisional Batak Toba yang memiliki kemiripan sebagai upacara pembaptisan ataupun pengesahan.
Tradisi ini menggunakan air, yang dikenal sebagai pemurni.
Acara ini dikenakan pada seorang anak yang baru lahir, sekitar usia tujuh hari.
Si anak yang mau dibaptis (mengikuti acara martutu aek) dibawa ke sumber mata air.
Ritual ini dimulai dengan doa yang disampaikan oleh pemimpin acara kepada Sang Ilahi, yang dinamai Mulajadi na Bolon.
Selanjutnya, pemimpin upacara membentangkan ulos ragi idup di atas pasir.
Baca juga: TRIBUN-MEDAN-WIKI, Jalan Tol Binjai Resmi Beroperasi, Berikut Tarif Sesuai Golongan dan Jarak Tempuh
Pemimpin upacara ayau yang disebut sebagai ulu punguan meneteskan minyak kelapa ke dalam cawan yang telah berisi jeruk purut guna memastikan bahwa roh (dalam bahasa Batak Toba: tondi) si bayi tersebut berada di dalam badan.
Selanjutnya, anak yang hendak diberi nama tersebut dimandikan di mata air.
Pemimpin upacara tersebut mengoleskan kunyit ke tubuh bayi dan menyucikan (memandikan) bayi tersebut degan jeruk purut.
Lalu, pemimpin upacara mengoleskan minyak kelapa ke dahi bayi.
Usai acara tersebut, pemimpin upacara mencabut pisau Solam Debata yang dibawanya memberkati bayi tersebut.
Dengan memohon kepada Mulajadi Na Bolon, Ulu Punguan menarikan kain putih agar kain putih tersebut diberkati oleh Mulajadi Na Bolon sebagai pembungkus bayi agar mereka di kemudian hari jauh dari marabahaya.
Baca juga: TRIBUN-MEDAN-WIKI: Varia Theater, Bioskop Primadona Era 1980 di Kisaran, Kabupaten Asahan
Dari sumber lain mengatakan, bila bayinya laki-laki, maka akan tombak harus dibawa serta sebgai simbol laki-laki.
Bila bayi tersebut perempuan, maka yang dibawa turut dibawa adalah baliga, perkakas tenun berbentuk seperti sisir. Itulah yang dijadikan sebagai simbol perempuan.
Sembari menciduk air kemudian memandikan bayi tersebut, pemimpin upacara menyampaikan doa dan ungkapan pengharapan agar keturunan si empunya anak semakin banyak.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Suasana-upacara-tradisional-Batak-Toba.jpg)