Ramadhan 1443 Hijriyah
CERITA Anak-anak Pengungsi Rohingya yang Suka Buka Puasa dengan Nasi Putih dan Gorengan
Meski lahir di Indonesia, masih banyak anak-anak pengungsi Rohingya yang belum mahir menggunakan Bahasa Indonesia.
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Tommy Simatupang
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Meski lahir di Indonesia, masih banyak anak-anak pengungsi Rohingya yang belum mahir menggunakan Bahasa Indonesia.
Misalnya saja Muhammad Sulajum Munir Sazzad yang sejak lahir sudah tinggal di Kota Medan ini.
Saat ditemui Tribun Medan dalam kegiatan pesantren kilat yang diadakan oleh Yayasan Geutanyoe ini Sazzad terlihat begitu aktif diantara anak-anak seusianya.
Dimana saat kegiatan menulis arti nama masing-masing Sazzad selalu mendekati panitia agar namanya yang pertama kali dituliskan.
Selain itu Sazzad juga terlihat membawa sang adik kemanapun pada saat kegiatan pesantren kilat berlangsung.
Saat didekati Sazzad mengaku belum lihai menggunakan bahasa Indonesia.
"Saya cuman tau sedikit," ucapnya.
Anak laki-laki asal Myanmar ini mengaku sudah mulai berpuasa sejak umurnya 3 tahun.
"Saya puasa tapi kalau tidak tahan saya batalin," ucapnya dengan menggunakan bahasa negaranya dan diterjemahkan oleh kakak tingkatnya yang sudah mahir menggunakan bahasa Indonesia.
Baca juga: Hingga Pertengahan April 2022, Kejati Sumut Telah Hentikan 54 Perkara dengan Restorative Justice
Baca juga: PRIA Berpakaian Ojol Bikin Keributan di Gereja Santo Yoseph Medan saat Ibadah Jumat Agung, Bawa Goni
Dijelaskan Sazzad hingga saat ini belum ada satupun puasanya yang batal.
"Masih penuh belum ada yang batal," jelasnya.
Disinggung mengenai menu favorit buka puasa di Indonesia, diakui Sazzad ialah Nasi putih dan ayam penyet.
"Mama selalu buatkan makanan yang ada rotinya, tapi kalau ada acara mama baru beli nasi ayam penyet itu enak sekali saya suka," jelasnya.
Meskipun lahir di Indonesia, diakui Sazzad bahwa hingga saat ini di rumahnya masih melakukan kebiasaan dari negaranya.
"Kami jarang makan nasi, mama selalu buat roti dicampur kari atau sop, jarang beli takjil yang dijual di jalanan itu dan mama gak pernah bicara bahasa Indonesia," jelasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Sazzad-dan-Habibah-saat-menunjukkan-arti-dari-nama-mereka-masing-masing.jpg)