Ramadhan 1443 Hijriyah
KISAH Alfarisi Maulana, Jalani Ramadan Perdana di Italia, Merasa Beruntung Dapat Teman Bertoleransi
Sehingga, sejak menjalani Ramadan pertama, Alfa belum pernah merasakan nuansa Ramadan di Negeri Pizza ini.
TRIBUN-MEDAN.com- Kemeriahan bulan Ramadan identik dengan beragam aktivitas diantaranya tarawih, buka bersama, ataupun berburu kuliner berbuka merupakan tradisi wajib khususnya di Indonesia.
Namun, berbeda dengan Alfarisi Maulana, mahasiswa asal Langkat yang saat ini menempuh jenjang master di Università degli Studi di Padova, Italia ini harus rela melewatkan Ramadan pertama jauh dari tanah air.
"Saya sudah enam bulan di Italia sejak Oktober 2021. Ramadan tahun ini jadi perdana dijalani di luar negeri. Namun kalau home sick dari tanah kelahiran di Langkat juga tidak terlalu berdampak karena sudah merantau sejak S-1 dulu di UIN Jakarta," ungkap Alfa, panggilan akrabnya kepada Tribun Medan melalui Zoom, Sabtu (9/4/2022).
Baca juga: BOLEHKAH Tidur Setelah Sahur saat Bulan Ramadan? Begini Penjelasannya
Diceritakannya, domisili penduduk muslim di Padova Italia tak kurang dari tiga persen.
Sehingga, sejak menjalani Ramadan pertama, Alfa belum pernah merasakan nuansa Ramadan di Negeri Pizza ini.
"Suasana Ramadan di Padova Italia itu tidak terlalu terlihat karena disini mereka mayoritas Kristen. Nah di Padova itu populasinya 70 persen Kristen, muslimnya itu hanya tiga persen yang termasuk imigran pendatang dan sisanya itu menganut Agnostik. Jadi karena minoritas jadi gak ada terasa nuansa Ramadan sama sekali," ujarnya.
Adapun untuk durasi berpuasa di Italia pada tahun ini menghabiskan waktu sekitar 15-16 jam. Namun, Alfa menyebutkan kalau tahun ini, Ramadan di kota Padova sudah memasuki musim semi yang menurutnya sangat cocok untuk menjalani Ramadan.
"Kebetulan saya tinggal di Italia bagian Utara di Padova dan kita itu puasa 16 jam. Tapi tidak terasa karena disini sudah masuk musim semi, jadi kalau dibilang cuacanya seperti di Brastagi kalau di Medan," tutur Alfa.
Untuk melakukan ibadah salat Jumat ataupun tarawih, Alfa cukup menempuh sekitar 1km untuk menuju masjid.
Namun lantaran masih menjadi agama minoritas, masjid di Padova tak memperbolehkan azan berkumandang.
Baca juga: 7 Aplikasi Olahraga selama Bulan Ramadan, Gratis dan Cocok untuk Melancarkan Program Diet
"Islam belum diakui di Italia sebagai agama yang sah, jadi untuk azan sendiri tidak bisa kita dengar secara bebas seperti di Indonesia. Jadi saya merasa hilang disini dan saya rindukan walaupun di hp ada notifikasi azan, tapi secara realnya itu tidak saya dapatkan," kata Alfa.
"Untuk pelaksanaan Ramadan ini saya mengacu ke KBRI yang ada di Roma. Jadi saya nunggu officialnya dari KBRI dan akhirnya aku kontak ke KBRI dan dapat informasi dari Masjid Agungnya Roma bahwa puasa mulai tanggal 3 April dan mereka punya selebaran khususnya untuk jadwal ibadah. Karena Roma dan Padova itu cukup jauh jaraknya, saya selalu menggunakan aplikasi muslim pro yang jadi panduan aku ibadah salat disini," jelasnya.
Namun kerinduan Alfa tampaknya cukup terobati dengan berkumpul oleh mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Triveneto-Italia.1
Menariknya, alumni UIN Jakarta ini rutin melakukan buka bersama dengan teman-teman yang turut melaksanakan ibadah puasa seperti di kantin universitas.
"Kita disini selalu buka bersama seperti mendatangi kantin universitas yang bukanya itu sampai malam. Jadi kita kadang buka bareng, nah merasakan ramadannya karena kita sesama muslim jadi pas momen buka bersamanya itu yang didapat," ujar Alfa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Alfarisi-Maulana-saat-berada-di-Prato-della-Valle-Italia.jpg)