TRIBUNWIKI
Mangalahat Horbo, Tradisi Batak Toba, Ritual Pemberian Persembahan Terhadap Mulajadi Na Bolon
Kerbau ini diyakini sebagai kurban paling tinggi yang harus dipersembahkan kepada Sang Dewata, Debata Mulajadi Na Bolon.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, TOBA – Tradisi Mangalahat Horbo merupakan satu diantara tradisi tertua milik suku Batak Toba.
Dalam ritual ini, peserta mempersembahkan kerbau sebagai kurban kepada dewata yang dikenal dengan nama Mulajadi Na Bolon.
Acara ritual ini dibagi dalam tiga bagian; awal, isi, dan bagian penutup.
Dalam acara ini, sejumlah nilai sastra yang ada dalam tradisi Batak Toba akan termuat, misalnya penyampaian umpama dan umpasa.
Iringan gondang, alat musik tradisional Batak Toba terus mengalir sembari acara pemberian persembahan berlangsung serta untaian tarian pun diperlihatkan.
Umpasa yang disampaikan masing-masing pemangku kepentingan pada ritual tersebut mengandung nilai-nilai filosofis bagi kehidupan masyarakat Batak Toba.
Hal sama juga pakaian dan sejumlah perumpaan yang digunakan dalam acara tersebut.
Baca juga: Tradisi Martumba Masyarakat Batak Toba, Ungkapan Hati Lewat Tari & Nyanyian, Berikut Unsur-unsurnya
Pada pembukaan ritual, kurban berupa kerbau yang disebut horbo laelae.
Kerbau ini diyakini sebagai kurban paling tinggi yang harus dipersembahkan kepada Sang Dewata, Debata Mulajadi Na Bolon.
Beberapa waktu yang lalu, tradisi Mangalahat Horbo memberikan tempat bagi banyak pihak yang berperan; Malim Parmangmang dan Malim Parhata.
Malim Parhata ini berperan sebagai fungsionaris religius dalam ritual pengorbanan sekaligus merupakan tuan rumah.
Dalam acara ritual tersebut terdapat juga ada seorang perempuan anggun berbusana putih, yang disebut Si Boru Malim.
Raja-raja perwakilan lain juga mengiringi prosesi ini yang kemudian akan ikut menombak kerbau pada bagian inti.
Pada tradisi Mangalahat Horbo, yang dimohonkan adalah kesejahteraan kepada Sang Dewata, Debata Mulajadi Na Bolon.
Permohonan bernuansa harapan agar dijauhkan dari kesedihan hidup.
Baca juga: MENGENAL Tradisi Mardege Masyarakat Batak Toba, Cara Bersyukur Petani Atas Kebaikan Sang Pencipta
Kemudian pada bagian penutup, diutarakan permohonan kepada Mulajadi na Bolon agar masyarakat hidup dengan kompak dan terus menjunjung rasa persaudaraan.
Pada bagian penutup, Mangalahat Horbo disertai pula dengan iringan musik tradisional Batak Toba.
Musik yang mengiringi bagian penutup ini adalah Gondang Elek Debata, musik pembujuk Sang Dewata.
Sebagai tambahan, alat musik tradisional Batak Toba dikenal juga sebagai sarana penyampai permohonan kepada Sang Dewata.
(cr3/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ritual-Mangalahat-Horbo.jpg)