TRIBUNWIKI

Tradisi Martumba Masyarakat Batak Toba, Ungkapan Hati Lewat Tari & Nyanyian, Berikut Unsur-unsurnya

Martumba merupakan sebuah perlambangan, ungkapan hati masyarakat Batak Toba yang dikemas dalam tari dan nyanyian serta musik

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
HO
Suasana Martumba, saat kaum muda menari dan bergembira ria sembari bercerita. Tepat kedatangan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Kampung Ulos Hutaraja, Samosir pada Rabu (2/2/2022) 

TRIBUN-MEDAN.com, TOBA – Dalam tradisi masyarakat Batak Toba, tradisi Martumba sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu.

Martumba merupakan hasil karya seni dan sekaligus folklore masyarakat Batak.

Dalam Martumba, nyanyian dan tarian berjalan sekaligus serta dilengkapi dengan iringan musik.

Pada umumnya, Martumb dikenal sebagai karya seni yang digunakan seabgai hiburan.

Walau hiburan, Martumba merupakan sebuah perlambangan, ungkapan hati masyarakat Batak Toba yang dikemas dalam tari dan nyanyian serta musik yang memperlihatkan semangat perjuangan, permohononan dan ungkapan hati.

Baca juga: Hutan Keramat Indonesia, Penghuninya Perempuan Tanpa Busana, Warga Masih Jalani Tradisi Ini

Walau hiburan, Martumba ini harus memilki pesan atau berita bagi penonton yang hadir.

Sehingga, Martumba adalah seni budaya Batak Toba sebagai hiburan rakyat berupa paduan antara nyanyian, tairan, musik, dan pakaian dengan ragam fungsi seperti perlambangan, permohonan, ungkapan hat, penyampai berita, pesan, dan sebagai olahraga ceria.

Semua fungsi tersebut menyatu harmonis.

Dari sejumlah sumber yang diperoleh tribun-medan.com, Martumba ini telah dikenal masyarakat Batak Toba sejak tahun 1930-an di kawasan Tapanuli Utara.

Martumba ini dilaksanakan saat bulan purnama.

Dan pada saat itu beragam kegiatan dilakukan masyarakat Batak Toba dari berbagai jenjang umur di halaman rumah.

Misalnya, kaum ibu sedang menganyam (dalam Bahasa Batak Toba mangaletek), kaum muda menumbuk pandan (manduda bayon) sebagai materi tikar dan beragam kegiatan lainnya.

Pada saat bulan purnama tersebut, sesekali para gadis bernyanyi.  

Kesempatan tersebut juga digunakan para lelaki berkenalan dengan para gadis yang tengah berada di tengah halaman rumah.

Mereka berkenalan, berbagi cerita dan cita, hingga timbul sebuah kesepakatan menikah.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved