Rusia vs Ukraina
UMAT Muslim Ukraina yang Terlupakan, Rayakan Ramadhan di Tengah Perang, Sudah Dua Kali Menderita
KETIKA Umat Muslim di Ukraina Rayakan Ramadhan di Tengah Perang, Militer Rusia Gunakan Titik Kumpul di Gereja Ortodoks
KETIKA Umat Muslim di Ukraina Rayakan Ramadhan di Tengah Perang, Militer Rusia Gunakan Titik Kumpul di Gereja Ortodoks
TRIBUN-MEDAN.COM - Umat muslim di Ukraina menghadapi Ramadhan yang sulit tahun ini.
Perang dengan Rusia di negara itu terus berkecamuk, namun banyak yang berencana menggunakan musim amal untuk mengumpulkan uang guna mendukung mereka yang membutuhkan.
“Kami harus menyesuaikan semuanya,” kata Niyara Nimatova, seorang Tatar Crimea dan ketua Liga Muslim Ukraina, dilansir Al Jazeera.
Pada hari pertama bulan puasa, dia berencana menyiapkan makan malam berbuka puasa dengan sekelompok keluarga pengungsi yang tinggal bersamanya di Islamic Center di Chernivtsi.
“Banyak Muslim pergi ke luar negeri dan mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” kata Nimatova melalui telepon dari kota Ukraina barat, tempat dia dipindahkan dari provinsi tenggara Zaporizhzhia, yang sebagiannya berada di bawah kendali Rusia.
Lima minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk sekitar empat juta orang yang melarikan diri ke luar negeri, menurut PBB.
UMAT MUSLIM YANG TERLUPAKAN: Umat Muslim Ukraina Tatar-Krimea telah dua kali menderita akibat kekejaman Rusia. Kini, masih kembali terjepit dengan perang di Ukraina. Perang menimbulkan banyak korban jiwa dan kekhawatiran atas warga sipil yang tinggal di Ukraina, terutama minoritas Muslim Tatar Krimea. Tatar Krimea adalah orang-orang Muslim Turki yang telah diusir dari rumah mereka pada tahun 1944 dan 2014. Serangan Rusia ke Ukraina mencatatkan seorang anak laki-laki Muslim Tatar Krimea berusia 17 tahun menjadi korban pertama pada Kamis 24/2 lalu. Korban tinggal di desa Semihatka, dekat Genicesk, Kherson, Ukraina. Tatar Krimea adalah etnis minoritas Muslim yang berasal dari Semenanjung Krimea, di pantai utara Laut Hitam. Mereka telah diperlakukan tidak bersahabat, bahkan sampai pada pangusiran. Semenjak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan semenanjung itu menjadi dua Muslim Tatar Krimea kembali ke tanah air mereka. Namun kini, mereka harus kembali terjepit dengan aksi Rusia yang menyerang Ukraina. Mereka adalah muslim yang terlupakan. Delapan tahun lalu, Federasi Rusia mencaplok Semenanjung Krimea setelah pasukan tak bertanda berbaris ke wilayah Ukraina dan mengambil alih parlemen lokal. Dalam enam bulan pertama tahun ini, Tatar Krimea yang telah tinggal di semenanjung itu setidaknya sejak abad ke-15, menyumbang sebagian besar jumlah aksi penangkapan — sekitar 138 dari 200 — yang dilakukan oleh otoritas Federasi Rusia. Angka-angka, yang dirilis oleh Pusat Sumber Daya Tatar Krimea (CTRC), sebuah organisasi non-pemerintah, hanya menceritakan sebagian kecil dari kisah lengkap ketidakadilan dan pelecehan yang telah dialami masyarakat sejak pencaplokan semenanjung itu. Dari 73 penggeledahan rumah yang tercatat, 55 dilakukan di rumah-rumah minoritas Tatar, dan dari 69 penahanan, 57 adalah dari Tatar Krimea, menurut CTRC. Saat ini, Tatar Krimea tidak dapat menikmati keamanan dan kenyamanan bahkan di tanah leluhur mereka. Namun, mereka tidak asing dengan penindasan dan pelecehan. (hidayatullah).
Umat Muslim membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina, yang mayoritas beragama Kristen Ortodoks Ukraina.
Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Crimea.
Persiapan untuk Ramadhan tahun ini pun sulit dan emosional karena bom jatuh di negara itu dan jam malam diberlakukan, membatasi pergerakan di malam ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa.
Tergusur oleh perang, banyak juga yang jauh dari rumah dan jaringan dukungan komunitas dan teman-teman.
Namun, mereka bertekad untuk memanfaatkan periode perayaan dengan sebaik-baiknya.
“Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” kata Nimatova, yang suaminya, Muhammet Mamutov, adalah seorang imam.
Sementara itu Isa Celebi, seorang penjual gorden Turki yang telah tinggal di Ukraina sejak 2010, mengatakan Ramadhan tahun ini akan membuat banyak orang jauh dari rumah mereka.
Dia menyebut beberapa “bahkan tinggal di mobil mereka”.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Umat-muslim-di-Ukraina.jpg)