Wawancara Eksklusif
Bupati Taput Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur, Desa dan Dusun Harus Merdeka dari Ketertutupan
Kalau desa kuat, kota akan kuat. Maka, kalau Taput ini mau kuat, desanya harus kuat dulu.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Perdata O Ginting S
Strategi apa yang Bapak buat, sehingga pembangunan infrastruktur dapat berjalan mengingat anggaran kabupaten yang relatif terbatas?
Tentu, dana terbatas ini kita sikapi. Yang pertama, skala prioritas itu apa. Artinya, semua itu prioritas, namun ada yang menjadi superprioritas.
Yang kedua, setelah menetapkan mana yang superprioritas, kami akan coba upayakan anggaran dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Insentif Daerah (DID), PAD, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pusat. DAK inilah yang sangat membantu kita selama ini.
Apakah Pemkab Taput melakukan rasionalisasi anggaran?
Iya, saya selalu melakukan rasionalisasi anggaran. Artinya, dinas-dinas yang tidak termasuk skala prioritas, itu saya minta satu program saja.
angan banyak-banyak, ngabisin duit. Kemudian, dari belanja rutin juga kami gunakan, melihat tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Cerita Inggit Ginarsih, Istri Kedua Soekarno Menolak Dimadu, Dulu Pengantar ke Gerbang Kemerdekaan
Yang paling banyak makan anggaran itu adalah bidang infrastruktur, jalan dan jembatan, kesehatan, pertanian, dan pendidikan.
Kami switch semua anggaran itu dan fokus pada satu bidang walau kadang berhadapan dengan urusan wajib dan urusan pilihan. Kami tetap ikuti sesuai anjuran pusat untuk urusan wajib, seperti kesehatan dan pendidikan.
Saat akan ada pembangunan infrastruktur, mengapa Bapak harus sambangi atau blusukan ke desa atau dusunt?
Saat ke desa, saya melihat secara langsung bagaimana kehidupan masyarakat desa. Misalnya, tingkat ekonomi dan apa yang menjadi kebutuhan mereka.
Setelah saya tiba di desa itu, listrik ternyata tidak ada, air bersih tidak ada, dan jalannya setapak. Kalau saya tidak turun dan melihat langsung, saya tidak tahu kondisi yang sebenarnya.
Pada periode pertama, fokus saya adalah desa harus merdeka. Dan periode kedua, saya masuk ke dusun-dusun. Saya masuk dusun, saya cek, sama juga kasusnya.
Saya harus melewati hutan, listrik tak ada, MCK tak ada, dan bidan jarang berkunjung. Nah, itu yang saya lihat. Kami kemudian membuat keputusan, jalan harus dibuka. Kami bahkan masuk hutan sekitar tujuh kilometer sampai ke dusun itu.
Apa harapan masyarakat di desa dan dusun saat Bapak sambangi dan menginap di rumah mereka?
Semua desa sudah kami kunjungi, khususnya yang terpencil. Misalnya, Garoga, Parmonangan, Simangumban, Pangaribuan dan desa lainnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/bupati-taput.jpg)