Anak anak Rindu Sekolah
Engkau Masih Anak Sekolah, Pagi Pulang Pagi
Siapa pun yang pertama kali membuat video ini, juga siapa pun yang kemudian mengikuti, punya tujuan yang sama. Ingin mengungkap rindu. Rindu sekolah.
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
Sudah berapa lama? Dua tahun? Pada satu video, yang minim gambar; hanya tampilan "semut" seperti siaran televisi kehilangan sinyal, tertulis kalimat: “ketiduran di kelas pas kelas 10, eh, bangun-bangun sudah kelas 12.”
Angka pertambahan kasus positif Covid-19 yang tempo hari melandai, sempat membuat pemerintah berencana mengakhiri pembelajaran via aplikasi. Sekolah akan kembali menjadi sekolah, dan di rumah saya, kabar ini disambut gegap gempita. Mereka mulai bicara soal buku-buku baru, alat tulis baru, dan seragam baru lantaran seragam lama memang sudah tak pas lagi di badan. Dan saya kira bukan hanya anak saya. Jutaan anak lain di negeri terkasih ini juga pasti bereaksi serupa.
Namun apa boleh buat. Semangat yang sudah demikian menggebu itu mesti longsor kembali. Pembelajaran tatap muka urung digelar. Kasus positif melesat lagi. Jauh lebih tinggi dan dahsyat dari sebelumnya. Indonesia kini menjadi episentrum Covid-19 di dunia, menggeser India.
Di sejumlah wilayah diberlakukan pembatasan kegiatan. Statusnya darurat. Tidak boleh begini. Tidak boleh begitu. Ada jam malam. waktu operasional dibatasi. Jalan-jalan disekat. Satpol PP jadi bintang.
Sampai kapan? Tidak ada yang tahu. Tidak ada yang bisa memastikan. Pun presiden. Dan di TikTok, media sosial utama pilihan para remaja generasi terkini, suara Chrisye dan Rizal Armada mengalir nyaris tak putus. Pagi, siang, malam, bahkan dini hari.
Engkau masih anak sekolah, pagi pulang pagi, hanya untuk mengais rezeki...
Dan di kolom komentar tiap-tiap video itu, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu itu, bertebaran kata rindu.(t agus khaidir)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/anak-rindu-sekolah-tiktok-2.jpg)