Kedai Tok Awang

Sepak Bola Nggak Pernah Libur

Begitulah semarak sepak bola di Eropa memang sudah berakhir. Namun kesemarakan ini akan dengan segera digantikan kesemarakan yang lain. Piala Eropa!

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
AFP PHOTO/FABIO FRUSTACI
TROPI - Tropi Piala Eropa (Euro) dipamerkan di Kota Roma, Italia, beberapa waktu lalu. Euro tahun 2020 yang telah ditunda selama satu tahun akibat pandemi Covid-19 akan dimulai pada 11 Juni 2021. 

  • JELANG EURO 2020

LIGA Champions dan Liga Eropa sudah berakhir. Chelsea dan Villareal jadi juara. Pun liga-liga domestik. Kecuali di Inggris, Jerman dan Belanda, para langganan juara bertumbangan di liga-liga lain. Atletico Madrid mengangkangi Real Madrid dan Barcelona di Spanyol. Mereka secara dramatis memastikan gelar di laga pamungkas.

Adapun di Italia dan Perancis, Inter Milan dan Lille mengakhiri dominasi Juventus dan Paris Saint Germain (PSG). Juventus menang beruntun sembilan kali sejak musim 2011, sedangkan juara tujuh kali dalam delapan musim terakhir –hanya disela AS Monaco di musim 2016/2017.

Hal serupa terjadi di Portugal. Setelah 19 tahun, setelah sekian lama hanya menjadi bayang-bayang FC Porto dan Benfica yang bergantian menjadi penguasa, Sporting Lisbon akhirnya mengangkat tropi kembali. Di Turki, tidak ada Galatasaray dan Fernerbahce.

Musim ini menjadi milik Besiktas. Mereka, boleh dikata, unggul hanya seperempat napas dari Galatasaray. Poin sama (84), tapi Besiktas lebih baik dalam selisih gol (+45 berbanding +44).

Begitulah semarak sepak bola di Eropa memang sudah berakhir. Namun kesemarakan ini akan dengan digantikan oleh kesemarakan lain. Piala Eropa!

"Ibarat kata, sepak bola sekarang enggak pernah libur," kata Jek Buntal seraya melepas masker. "Covid-covid begini pun digas orang itu."

"Eh, kutengok pas final Liga Champions kemarin sudah ada yang nonton. Itu mainnya di Portugal, ya, kalok tak silap. Apa di sana enggak ada Covid?” sahut Jontra Polta. Seperti Jek Buntal, dia belum lima menit sampai di Kedai Tok Awang. Minuman pesanannya belum tiba.

"Awalnya aku heran juga. Makanya semalam kusuruh Si Sudung searching. Ternyata masih ada, cuma sudah jauh menurun jumlah yang positif. Sekarang rata-rata empat ratusan kasus baru per-hari. Yang meninggal paling banyak lima," ujar Jek Buntal.

"Kok bisa cepat, ya, turunnya? Enggak kayak kita di sini."

"Disiplin orang itu. Menurut betul-betul sama pemerintahnya. Enggak bandal kayak Mamak. Pakai masker cuma kalau ada Lek Tuman. Itu pun karena dia kepling. Takut Mamak dicoretnya nama Mamak dari daftar penerima BLT," ucap Mak Idam menimpali.

"Bah, kok, jadi lari ke BLT pulak. Jangan goyang kali, Mamak. Tak kuagenkan nanti lukisan-lukisan Mamak, tak terbayar utang-utang Mamak sama Ocik Nensi. Iya, kan, Cik?"

Ocik Nensi yang sedang meracik sanger pesanan Jontra Polta sambil menonton sinetron berjudul Suamiku Digoda Tante Pemersatu Bangsa hanya melirik sekilas.

"Alah, gitu aja kau masukkan ke hati. Bercandanya awak. Cuma memang soal disiplin protokol kesehatan ini ngeri-ngeri sedap awak tengok. Sudah macam tak ada Covid dibante orang itu. Selo aja ke mana-mana tak pakai masker. Kalau cuma yang satu M saya enggak beres, cemana, lah, empat M yang lain," kata Mak Idam.

Sudung yang sedang asyik bermain game online memotong percakapan. "Ah, sudahlah. Tak usah sok bahas-bahas Covid, lah, kelen. Ngeri awak dengarnya. Bahas yang enak-enak aja."

"Iya, sebentar lagi, kan, Piala Eropa," sambung Sangkot. Dia dan Sudung mabar melawan anak-anak SMP, dan baru saja kalah. Air mukanya masih menunjukkan kekesalan.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved