NGERI, China dan Rusia Ternyata Ingin Juga Kuasai Antartika, Gunung Es Seluas Pulau Bali Sudah Cair

Gunung es seluas hampir 5.800 kilometer persegi atau setara luas Pulau Bali itu sebelumnya lepas dari Antartika pada Juli 2017 lalu.

Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
REPRO/ISTIMEWA
Gunung es A68 akhirnya mencair hilang sepenuhnya. Gunung es seluas hampir 5.800 kilometer persegi atau setara luas Pulau Bali itu sebelumnya lepas dari Antartika pada Juli 2017. 

Sementara menurut Rusia, yang dikutip dari BBC, laut es yang ganas itu adalah salah satu sumber penting gas alam dan minyak bumi. Rusia pun mengirimkan militernya untuk menegaskan klaimnya.

Samudra Arktik diperkirakan menyimpan miliaran barel minyak bumi, dan triliunan kubik meter persegi gas alam dan ini setara dengan 16-26% dari cadangan Bumi yang belum ditemukan.

Dan ada negara adidaya yang berupaya keras untuk mengalahkan negara lain dalam perlombaan untuk mengeksploitasi simpanan sumber daya di kutub: Rusia.

Rusia menjalankan misi untuk mengebor minyak di dasar Samudra Arktik, dan mengirimkan armada robot bawah laut dan kapal selam tanpa awak ke perairan paling kejam di Bumi.

Dan kini, setelah bertahun-tahun mengebor di area itu, Rusia — yang 68% dari ekspornya adalah minyak bumi dan gas alam — berencana untuk menggunakan teknologi yang tak pernah dilihat sebelumnya untuk membawa misi ini ke tingkat selanjutnya.

Rusia sudah mengekstraksi sekitar 5,5 juta ton minyak setiap tahunnya dari ladang minyak yang beroperasi di Arktik, namun sebagian besar laut itu tertutup oleh lapisan es tebal sepanjang tahun sehingga eksploitasi menggunakan kendaraan di atas permukaan laut menjadi tak mungkin.

Lewat Project Iceberg, Rusia menetapkan rencana ambisius untuk menggunakan teknologi ekstrem di kondisi yang juga sama ekstremnya. Kami berbicara dengan pakar yang menjelaskan rencana Rusia di Arktik itu.

Rusia sudah terlebih dulu menambah kekuatan militernya di Arktik, dengan membangun lebih banyak markas militer di daerah itu setelah sebelumnya membuka beberapa markas militer lain.

Pangkalan militer Arctic Shamrock di Pulau Daratan Aleksandra. Foto: Kementerian Pertahanan <a href='https://tribunmedan.cfd/tag/rusia' title='Rusia'>Rusia</a>

Pangkalan militer Rusia di Kutub Utara.

Pada April, wartawan BBC adalah wartawan asing pertama yang diizinkan untuk merekam brigade militer Rusia yang ditempatkan di sana, dekat dengan perbatasan Finlandia.

Penambahan jumlah personel militer di wilayah itu merupakan tanda akan semakin kuatnya ambisi Rusia atas Arktik di masa di mana es yang mencair membuat sumber daya alam yang disimpan di dalamnya lebih mudah didapat.

Mengebor minyak bumi dari Laut Utara pernah dianggap sebagai tantangan pertambangan pada 1970an karena tidak ada yang pernah mengoperasikan pengeboran begitu jauh di kawasan utara, dengan kondisi cuaca yang begitu sulitnya.

Dan kini, Arktik pun memberikan tantangan serupa. Dengan air yang bisa mencapai kedalaman 5km di tempat-tempat yang kadang juga tertutup es, Arktik adalah salah satu tempat tersulit di dunia untuk melakukan pengeboran minyak.

Bahkan, bisnis tambang Bitcoin dari Rusia sudah beroperasi di Kutub Utara. Jaraknya sekitar 4 jam penerbangan dari ibukota Rusia, Moskow.

Dilansir dari Bloomberg, itulah tambang Bitcoin pertama yang dibuka di sana.

Sebelumnya, Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Rusia, Dmitry Kobylkin, mengatakan bahwa mereka mendukung perusahaan minyak dan gas swasta yang berminat untuk mengeksplorasi kawasan di celah Kutub Utara yang kaya sumber energi.

Ekonomi Rusia sangat bergantung pada sumber daya alam dan cadangan minyak dan gas di Arktik yang luas dan diharapkan menjadi lebih mudah diakses karena perubahan iklim mencairkan es dan berkat kemajuan teknologi.

"Kami jelas memahami bahwa zona Arktik di Rusia belum cukup dipelajari," kata Kobylkin dalam komentar terpisah kepada kantor berita TASS.

"Tentu saja kami ingin mempelajarinya lebih lanjut, tetapi pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk melakukan investasi semacam itu. Ini sangat mahal."

Laksamana AS sebut China berupaya klaim kawasan Kutub Utara yang kaya sumber daya

Sementara Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya dinilai harus menjaga hubungan dekat untuk mempertahankan kepentingan mereka di Kutub Utara yang kaya sumber daya saat China memperluas jangkauannya di seluruh dunia.

Dalam sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh think tank yang berbasis di London, Institut Internasional untuk Studi Strategis pada hari Kamis, Laksamana Amerika Serikat James Foggo yang merupakan Komandan Pasukan Angkatan Laut AS di Eropa-Afrika, mengatakan China semakin berusaha untuk mengeksploitasi Kutub Utara.

Menurut dia, kegiatannya di wilayah ini serta di Afrika dan Eropa menimbulkan kekhawatiran keamanan bagi AS dan anggota lain dari aliansi keamanan transatlantik. “China bahkan menyebut dirinya dekat negara Kutub Utara,” kata Foggo.

"Mereka sedang mengincar peluang investasi mulai dari eksplorasi sumber daya alam hingga potensi lalu lintas maritim komersial di masa depan lewat 'Jalan Sutra Kutub'," katanya seperti dilansir South China Morning Post.

Ia merujuk pada ambisi Beijing untuk memperpanjang Belt dan Road Initiative yang dibuat oleh Presiden China Xi Jinping ke Kutub Utara oleh mengembangkan jalur pelayaran yang dibuka oleh pemanasan global.

Beijing mengatakan minatnya terhadap Kutub Utara sebagian besar terkait dengan perdagangan dan perlindungan lingkungan, tetapi Foggo mengatakan daerah itu bisa menjadi fokus klaim palsu.

"Dengan China memiliki presedennya sendiri untuk membuat klaim palsu atas jalur air internasional di Laut China Selatan, ada kemungkinan bahwa China juga akan berusaha untuk membengkokkan aturan yang menguntungkan mereka di Kutub Utara," katanya.

Foggo juga menyoroti teknologi telekomunikasi 5G dan mengendalikan infrastruktur pelabuhan sebagai penyebab kekhawatiran bagi Eropa. "NATO tidak bisa lagi mengabaikan kegiatan China di Eropa," katanya.

Foggo mengatakan pertumbuhan investasi China di Afrika dan Eropa dapat digunakan untuk memengaruhi otoritas lokal dan membahayakan kepentingan Angkatan Laut AS di seluruh dunia.

"Jenis pengaruh ini merupakan masalah keamanan dan dapat digunakan untuk membatasi akses ke pelabuhan dan bandara utama dengan nyaman sambil memberikan akses ke informasi sensitif pemerintah dan militer melalui teknologi perusahaan milik negara dan perusahaan yang dikendalikan negara," katanya.

Dia juga mengatakan para pemimpin China dan diplomat "Wolf Warrior" yang lebih agresif di negara itu membatasi informasi tentang virus corona dan menyumbangkan peralatan dan personel, bahkan di Eropa sebagai cara untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pemimpin dunia.

Di sisi lain, China dan AS telah meningkatkan kehadiran mereka di Laut China Selatan yang disengketakan, di mana untuk pertama kalinya sejak 2017, tiga kapal induk Angkatan Laut AS seberat 100.000 ton sedang berpatroli. 

Beijing mengklaim sebagian besar lautan ini sebagai miliknya tetapi ada klaim yang tumpang tindih dari tetangga termasuk Vietnam, Filipina, Brunei, dan Malaysia.

Sementara itu, Song Zhongping, seorang komentator militer yang berbasis di Hong Kong mengatakan komentar Foggo dapat dilihat sebagai bagian dari upaya Washington untuk mengambil hati NATO untuk melawan China.

"AS berusaha untuk memperluas kemampuan NATO ke Pasifik Barat dan Kutub Utara. Dan didorong oleh AS, NATO telah mulai memperhatikan China," kata Song. 

"Tapi sebagai aliansi militer yang berbasis di Eropa, NATO malah akan melihat Rusia sebagai lawan utama," ungkapnya.

(*/tribun-medan.com/ Kontan.co.id)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved