Wawancara Eksklusif
Persaingan Skill dan Penguasaan Teknologi, BBPLK Medan Siapkan Kualitas dan Kompetensi Pencari Kerja
Memang sasarannya adalah mereka yang sudah di luar dari pendidikan formal, karena itu yang bisa dilatih di tempat kami.
Penulis: Angel aginta sembiring |
Yang kedua adalah up-skilling ini diperuntukkan buat kawan-kawan yang sudah mempunyai pekerjaan tapi barangkali ingin naik level naik jabatan perlu dibekali dengan skill skill yang lebih tinggi lagi.
Kemudian kami juga hadir untuk memberikan pelatihan kepada mereka yang sudah berstatus sebagai pekerja sementara untuk re-skilling. Ini lebih banyak diarahkan kepada mereka yang barangkali dengan disrupsi teknologi sekarang ini pekerjaannya dulunya ada, kemudian menjadi hilang. Tentu dia ingin menjajal skill yang yang baru. Kemudian mereka masuk ke BBPLK ini yang kita sebut dengan reskilling untuk mendapatkan skill yang baru.
Setelah itu dengan skill yang baru ini mereka bisa mencari pekerjaan yang baru yang barangkali berbeda dengan pekerjaan sebelumnya termasuk juga para korban korban PHK ini juga menjadi bagian dari sasaran kita.
T : Sekarang ini pak kira-kira di BBPLK Ini yang mana yang paling banyak yang kita lakukan skilling atau re-skilling ?
M : Ya ini memang bedanya bangsa kita ini dengan negara-negara lain saya kebetulan punya pengalaman tinggal di Australia, lembaga pelatihan di Australia itu lebih banyak menangani mereka-mereka yang akan melakukan skilling karena kecilnya itu sudah selesai di pendidikan formal. Yang agak sedikit membedakan dengan kita, yang masuk BBPLK itu mereka yang bahkan baru selesai dari perguruan tinggi, baru selesai dari SMK, baru selesai dari sekolah, tapi kemudian belum yakin dengan kompetensi yang dimiliki untuk bisa masuk ke dunia kerja. Jadi kita lebih banyak ke skillingnya malah sebenarnya daripada up-skilling maupun re-skilling.
T : Mestinya di masa Pandemi ini re-skilling yang paling banyak pastinya, tapi di Medan malah skilling yang paling banyak?
M : Bukan hanya fenomena di Medan saja. Ini adalah fenomena Indonesia yang sedemikian termasuk di semua BBPLK yang lain juga yang masuk. Saya kira ini mungkin juga terkait dengan yang pernah diucapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, beliau menyampaikan bahwa bukan kelulusan itu yang menunjukkan bahwa dia siap kerja dan ijazah tidak mempunyai jaminan untuk kompetensi. Inilah salah satu gambaran dari pendidikan kita sehingga selama masa seperti ini tentu saja lembaga- lembaga pelatihan masih sangat diperlukan.
Kata-kata koordinasi tentang sering berjalan dengan Perguruan Tinggi, namun ini dua hal yang berbeda ya, kita tentu kurang etis kalau masuk ke ranah orang lain karena kami memang ditugasin untuk mereka-mereka yang di luar dari topik pendidikan yang tadi ini berada di pendidikan formal.
T : Akselerasi pembangunan SDM ini diperlukan guna mengejar ketertinggalan Human Development Index (HDI) Indonesia dari negara lain. Rangking SDM Indonesia boleh dibilang rendah. Menempati urutan ke-111 dari 189 negara. Meski demikian, riset McKinsey Global Institute menyebut Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia. Namun ada syaratnya. Indonesia tidak boleh gagap dalam merespons era baru industri digital dan Industri 4.0.
Bagaimana BBPLK, termasuk tentu saja BBPLK Medan, menyikapi ini? Kesiapan-kesiapan seperti apa yang sudah dan akan dilakukan?
M : Ya ini memang menjadi tantangan besar bagi bangsa kita, saya jadi teringat di tahun 2012 McKinsey meluncurkan hasil riset mereka yang kalau tidak salah judulnya unleashing Indonesian's potential disebutkan disana bahwa 2030 Indonesia punya potensi bisa menjadi negara yang kekuatan besar di dunia namun ada syaratnya, kita harus mampu menyiapkan tenaga kerja kompeten 113 juta orang dan saat itu kondisi kita baru di tahun 2012 ada 55 juta tenaga kerja yang sudah dianggap kompeten tadi ada 58 juta lagi yang harus kita siapkan atau kira-kira rata-rata sekitar 3,2 juta tenaga kerja kepentingan yang harus kita siapkan.
Ya ini memang PR bangsa kita di tengah harapan kita sebenarnya. Kalau dari lulusan pendidikan formal setiap tahunnya kurang lebih mungkin barangkali mencapai 3,9 juta artinya melebihi sebenarnya jumlah yang harus kita siapkan pertahunnya, tapi kita coba melihat di lapangan meskipun sudah menyelesaikan pendidikan formal tapi ternyata juga masih belum benar-benar dikatakan siap untuk masuk dunia kerja oleh karena itu lagi-lagi keberadaan BBPLK menjadi sangat penting dan inilah yang juga menjadi bagian dari tugas besar kita untuk mengawal penciptaan tenaga kerja.
Catatan ini betul-betul bisa kita capai untuk bisa meraih posisi ekonomi yang 7 besar dunia tersebut tentu saja pemerintah tidak akan cukup hanya sendiri melakukan itu. Kontribusi dari semuanya termasuk dari dunia usaha untuk memastikan pekerja yang kompeten ini menjadi sangat penting.
T : Sekarang pertanyaannya, setelah mengikuti pendidikan di BBPLK, selanjutnya bagaimana? Apakah pihak BBPLK berperan lebih lanjut untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan, atau mengembangkan usaha? Apakah Anda memiliki data, sampai sejauh ini, sebesar apa serapan pekerja yang dihasilkan dari pelatihan-pelatihan vokasi yang sudah diselenggarakan di BBPLK?
M : Dari mulai tahun ini kalau sebelum-sebelumnya kami punya beberapa contoh orang yang dilatih mulai tahun ini kementerian menaikkan targetnya bukan hanya sekedar melatih tetapi seberapa mampu kita menempatkan orang-orang yang sudah kita latih di dunia kerja oleh karena itu tadi kita udah menyinggung bagaimana pentingnya kerjasama dengan kawan-kawan dari industri untuk memastikan bahwa yang kita latih betul-betul terserap. Mulai dari proses perancangan pekerjaannya, pelaksanaan pelatihannya hingga nanti uji kompetensinya keterlibatan dari industri menjadi bagian yang sangat penting.
Kita sangat bersyukur dengan adanya Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dan industri yang diketuai oleh Pak Abo, saya kira warga Medan sudah sangat familiar dengan nama beliau. Dengan dukungan kawan-kawan industri lainnya kita sangat intens untuk bagaimana memastikan kawan-kawan yang sudah di latih ini bisa masuk industri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/m-ali-hapsah-bbplk-medan.jpg)