Tukar Sampah Bisa Biayai Pendidikan, Bank Sampah Kini Jadi Tumpuan Ekonomi Warga Sicanang
Armawati telah menggerakkan 268 bank sampah dengan memberdayakan 46 ribu masyarakat se-Sumatera Utara.
Selain menjual, Armawati juga turut berinovasi dengan melakukan sistem pembayaran menggunakan sampah, seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan.
"Kalau untuk biaya sampah, mereka harus mengumpulkan sampah minimal senilai Rp 100 ribu yang nantinya itu yang akan kita setor untuk biaya pendidikan. Akhir tahun ini sudah ada lima yang wisuda untuk jenjang S1. Jadi walaupun suaminya tukang ojek, atau pemulung bisa dibiayai melalui sampah ini," jelas Armawati.
Dalam pengelolaan bank sampah ini, Armawati menegaskan jika siapapun dapat turut berpatisipasi dalam mengelola bank sampah asal memiliki niat.
"Bagi masyarakat yang mau cukup punya niat dan semangat. Yang lain itu bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak. Untuk kelompok minimal lima orang, baru nanti akan diberi pelatihan dan kita bina sampai akhirnya bisa secara mandiri," ujarnya Armawati.
Inovasi bank sampah tidak berhenti begitu saja. Armawati menuturkan bahwa pertengahan Desember mendatang, bank sampah akan berinovasi dengan program TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
"Jadi nanti seluruh sampah di Sicanang akan menerima bank sampah yang minimalis. Jadi semua sampah akan diangkut secara terpilah. Jadi bedanya kalau dia bank sampah akan mengantar sampah yang nanti akan dibeli. Kalau TPS 3R, kita menjadikan jasa angkutan sampah terpilah. Yang kita bayar itu tenaga mereka untuk melakukan pemilahan. Misalnya hari ini sampah organik, besoknya anorganik. Jadi tidak bercampur dan pengelola bank sampah bisa mendaur ulang sesuai dengan jenis sampahnya," pungkas Armawati.(cr13/tribun-medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/bank-sampah-pendidikan.jpg)