Solusi Bisnis Laundry Tetap Survive di Masa Pandemi Covid-19
CV Salut (Sahabat Laundry Sumatera Utara) menggelar Seminar Solusi Bisnis Laundry Tetap Survive di Masa Pandemi.
Penulis: Septrina Ayu Simanjorang |
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - CV Salut (Sahabat Laundry Sumatera Utara) menggelar Seminar Solusi Bisnis Laundry Tetap Survive di Masa Pandemi.
Acara ini digelar di Cordella Inn Millenium Plaza Medan, Sabtu (14/11/2020). Seminar ini digelar untuk memberikan semangat dan edukasi bagi para pengusaha laundry untuk melihat peluang yang lebih luas lagi.
"Laundry itu banyak bukan hanya pakaian yang bisa dicuci. Ini yang kita coba buka pola pikir teman-teman pelaku usaha laundry agar mereka mengerti bahwa laundry bukan hanya pakaian saja, banyak yang bisa digarap seperti tas, sepatu, perlengkapan bayi, dan sebagainya," ujar Direktur Utama SALUT Rockyanshah Ahmad Panjaitan Kepa Tribun Medan.
Saat pandemi ini kata Rocky bukan hanya bisnis laundry yang terdampak, tapi hampir semua bisnis mengalami penurunan.
Penurunan omzet pengusaha laundry di tiga bulan awal pandemi mencapai 40 hingga 50 persen namun memasuki Juni sudah mulai normal.
"Saat awal pandemi, masyarakat banyak yang takut mau keluar rumah. Di sisi lain mereka takut mengeluarkan uang karena adanya PHK, dirumahkan jadi banyak yang memilih menyimpan uang. Selain itu karena di rumah saja mereka jadi punya banyak waktu untuk mencuci. Ini yang menyebabkan omzet pelaku usaha laundry turun," katanya.
Untuk itu SALUT membuat seminar ini agar pelaku usaha lebih semangat. SALUT adalah perusahaan yang bergerak di bidang laundry, konsultan laundry, alat perlengkapan laundry, dan semua yang berhubungan dengan laundry.
"Musim pandemi ini memang semua drop omzetnya. Kalau hanya mengandalkan cuci pakaian saja enggak akan dapat apa-apa. Sebenarnya banyak yang bisa kita garap, banyak yang bisa dicuci sehingga meningkatkan omzet di laundry kita," katanya.
Salah satu pembicara dalam seminar ini adalah Owner Setrika Areng Boutique Laundry Adhi Nugroho. Ia menceritakan awal usaha laundry nya dibuka, dari laundry kiloan hingga kini menerima laundry satuan. Adhi mengatakan dengan melihat peluang laundry satuan, omzet yang dihasilkan bisa berkali lipat.
Namun hal ini akan sangat tergantung dengan bagaimana pemilik usaha melakukan branding terhadap usahanya.
"Contohnya, satu kilo kain itu saya bandrol dengan harga Rp 12 ribu dengan isi 10 baju berarti satu kemeja hanya Rp 1.200. Sedangkan sekarang saya cuci satu kemeja itu sudah Rp 25 ribu. Itu baju kemeja saja, belum baju pengantin yang bisa ratusan ribu. Jadi perbandingannya jauh," katanya.
Ia mengatakan sebagai pengusaha jangan terpatok pada berbisnis itu harus murah. Merebut pasar itu jangan melulu dengan harga murah. Karena banyak juga yang tidak mau mencuci karena harganya terlalu murah.
"Mereka akan mempertanyakan kalau harganya murah sabunnya apa, cara cucinya seperti apa. Orang bilang kan gini, jumlah orang kaya itu hanya 3 persen, sedangkan 97 persen itu menengah ke bawah. Tapi jumlah uang yang 3 persen itu sama dengan yang 97 persen. Itu yang harus kita dekati. Dan orang seperti itu biasanya tidak terlalu peduli harga. Biasanya kalau harganya murah mereka mempertanyakan bahan yang kita gunakan," katanya.
Ia mengatakan untuk naik kelas dari laundry kiloan ke laundry satuan mindset pemiliknya harus diubah. Selain itu pemilik usaha harus bisa membranding usahanya agar lebih berkelas.
"Modalnya justru lebih murah satuan dari pada kiloan. Karena kalau kiloan kita butuh mesin lima set setidaknya. Satuan malah enggak perlu pakai mesin karena baju mahal itu berisiko rusak kalau dicuci dengan mesin. Baju tertentu malah harus dicuci dengan tangan," katanya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/cv-salut-sahabat-laundry-sumatera-utara.jpg)