Liputan Khusus

Sejarah Panjang Tembakau Deli, Lebih Tua Dibandingkan Pemerintahan Kolonialis

Sejarawan Ichwan Azhari menyebut tembakau deli berusia lebih tua dari pemerintahan Kolonial Belanda di nusantara.

Tribun Medan/Risky Cahyadi
Pekerja di gudang tembakau milik PTPN II di Buluhcina, Deliserdang. 

Pandangan senada dikemukakan sejarawan Koko Hendri Lubis.

"Tembakau Deli ini ikon kita. Sejarahnya panjang. Masa dihilangkan begitu saja?" katanya pada Tribun.

Meski demikian, Koko tidak menyebut secara eksplisit apa yang menjadi penyebab kemerosotan kejayaan tembakau deli hingga terus dan makin tergelincir ke tepi bibir senja kala.

"Jelas ada yang keliru. Kenapa setelah dipegang pemerintah kejayaan tembakau deli justru makin pudar. Padahal, di Eropa, tempat tembakau deli di hati para pengisap ceruta belum jauh bergeser. Masih jadi favorit," ucap Koko.

Cerutu dengan pembungkus menggunakan daun tembakau deli.
Cerutu dengan pembungkus menggunakan daun tembakau deli. (Tribun Medan/Risky Cahyadi)

Kecenderungan ini bisa dijadikan tolok ukur. Artinya masih ada potensi. Pemerintah dalam hal ini PTPN II mestinya menggenjot produksi. Baik praproduksi maupun pascaproduksi. Seperti menggencarkan promosi.

"Sekarang yang terjadi malah kebalikannya. Saya tidak tahu kenapa. Ya, saya heran saja. Apakah orang-orang dulu lebih bisa mengelola manajemen dibanding sekarang? Sekali lagi saya tidak tahu," katanya. (nat/yui)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved