Liputan Khusus

Sejarah Panjang Tembakau Deli, Lebih Tua Dibandingkan Pemerintahan Kolonialis

Sejarawan Ichwan Azhari menyebut tembakau deli berusia lebih tua dari pemerintahan Kolonial Belanda di nusantara.

Tribun Medan/Risky Cahyadi
Pekerja di gudang tembakau milik PTPN II di Buluhcina, Deliserdang. 

TRIBUN-MEDAN.com-Bukan cuma aspek ekonomi dan sosial. Jika senja kala Tembakau Deli benar-benar sampai ke ujung, benar-benar terbenam, maka ini juga akan sekaligus menutup lembaran sejarah yang panjang.

Sejarah kejayaan sekaligus kelumit entah berapa banyak kisah suka dan duka anak bangsa. Terutama di era kolonial.

Sejarawan Ichwan Azhari menyebut tembakau deli berusia lebih tua dari pemerintahan Kolonial Belanda di nusantara.

"Istilah tembakau deli sudah muncul sejak masa kolonial Belanda datang tapi tembakau yang ada di Deli itu sudah ada jauh sebelum Belanda datang kemari," ujar Ichwan di Universitas Negeri Medan (Unimed) beberapa waktu lalu.

"Ada satu narasi sejarah yang terlanjur dipercaya padahal sebenarnya keliru. Selalu disebut bahwa Jacob Nienhuys merupakan pionir penanaman tembakau deli. Sesungguhnya tidak," katanya pada Tribun di Medan, tengah pekan lalu.

Nienhuys datang ke Tanah Deli dan mulai menanam tembakau secara masif sejak pada tahun 1863. Padahal awalnya dia tidak bermaksud ke Deli. Nienhuys membawa modal dari pengusaha di Belanda untuk menanam tembakau di Jawa Timur.

Ujung Senja Kala Tembakau Deli, Pernah Menghasilkan Triliunan Rupiah Kini Diangap Tak Menguntungkan

Tembakau Deli Masih Favorit, Harus Mencari Pasar Baru

"Nienhuys pergi ke Surabaya dia mencoba mencari lahan di sana. Sampai akhirnya dia ketemu seorang pedagang dari Deli. Orang Melayu bernama Said Abdullah Bin Umar Bilfagih. Selain pedagang, orang ini mengaku kerabat Sultan Deli."

"Pada Nienhuys, Bilsalgih bilang jika ingin menanam tembakau berkualitas bagus silakan datang ke Deli. Waktu itu Nienhuys tidak mengetahui apa pun tentang Deli dan juga tembakau deli. Said Bilfagih-lah yang menunjukkan tembakau deli kepadanya. Nienhuys tertarik dan kemudian pergi ke Deli bersama Bilfagih," ucapnya.

Selanjutnya, mereka berdua melakukan pertemuan dengan Sultan Deli. Gayung bersambut. Sultan Deli saat itu, Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah, memang sedang membuka keran investasi di bidang agribisnis. Termasuk bagi investor-investor asing.

Prof Ichwan Azhari
Ichwan Azhari (Tribun Medan/Abul Muamar)

Setelah observasi soal tanah, Jacobus Nienhuys dan Said Bilfagis meminta konsesi pada sultan. Luasnya kurang lebih 4000 bau.

"Sultan kemudian memberikan lahan untuk ditanam oleh Nienhuys. Tidak penuh seperti diminta. Luasnya kalau dikonversi ke hektare sekitar 75 hektare. Terletak di kawasan sekitar Martubung sekarang," katanya seraya menyebut, dalam kebanyakan literatur, hanya nama Jacob Nienhuys yang disebut-sebut. Juga perusahaan yang kemudian didirikannya, Deli Maatschappij. Said Bilfagih tidak pernah disinggung.

Ditanya siapa yang pertama kali menanam tembakau deli, Ichwan yang merupakan Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed), mengatakan kemungkinan petani-petani di Deli prakolonial. Mereka bukan cuma menanam, tapi bahkan sudah mengekspornya ke luar Deli.

Sebagaimana dilaporkan Anderson dalam catatannya di tahun 1826, telah ada ekspor ke Penang (kini wilayah Malaysia), pada 1823. Dalam laporan tersebut, Anderson menulis bahwa dari Deli sampai ke beberapa daerah di sekitarnya (sampai ke daerah Batubara sekarang) dia melihat tembakau yang ditanam warga setempat.

Ichwan memandang tembakau deli lebih dari sekadar bisnis. Ia menyebutnya heritage. Warisan sejarah. Karena itu, Ichwan merasa sangat sayang apabila Tembakau Deli terus menyusut apalagi jika kiranya nanti benar-benar tidak ditanam lagi.

"Saya tahun 2018 bertemu dengan Dirut PTPN II, Pak Abdul Gani. Beliau bilang, mulai tahun 2019 produksi tembakau Deli terutama untuk ekspor akan dikurangi. Dampaknya, lahan pun menyusut. Sekarang jika tidak keliru tinggal empat atau lima lokasi lagi. Kurang lebih lima hektar saja lagi. Sayang sekali kalau benar-benar mati," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved