Berantas Pungutan Liar

Bonar Menangis Ingat Anak Istri

"Kami dilema yang orang bawahan ini, kami orang kecil yang ditangkap. Mengapa orang besar enggak ditangkap?

TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Sekretaris Komisi C DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan (kanan) mendengarkan keterangan petugas Dishub saat melakukan inspeksi dadakan (sidak) di Unit Pelaksana Penimbangan Kenderaan Bermotor (UPPKB) Tanjungmorawa I, di Jalan Medan-Tanjungmorawa, Deliserdang, Sumatera Utara, Kamis (27/10). Sutrisno meninjau langsung dua UPPKB Dinas Perhubungan Provinsi Sumut di Jalinsum Tanjungmorawa yang tidak beroperasi pascapenggerebekan, hasilnya tidak ditemukan kerusakan sistem operasional jembatan timbang. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR 

Pengakuan Pegawai Pelaksana UPPKB Tanjungmorawa I

Bonar Simanjuntak, pegawai pelaksana penimbang kendaraan bermotor (UPPKB) Tanjungmorawa I meneteskan air mata di hadapan Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan.

IA mengaku, kepada Sutrisno enggak tenang bekerja. Setelah operasi tangkap tangan di jembatan timbang Sibolangit, satu pekan lalu, ia jadi waswas bekerja. Apalagi, tidak ada pimpinan yang pasang badan alias memperhatikan pegawainya.

Bonar menangis, tak lama setelah Sutrisno menanya alasan tak beroperasinya jembatan timbang. Mulanya, ia hanya duduk terdiam, tak mengeluarkan satu kata pun.

Namun, mendadak, Bonar bangkit dari tempat duduk sembari memperlihatkan berbagai aturan yang menurutnya memberatkan pegawai. Satu di antaranya setiap petugas piket wajib menjaga aset dan tidak boleh mengutip pungli.

"Kami dilema yang orang bawahan ini, kami orang kecil yang ditangkap. Mengapa orang besar enggak ditangkap? Kami di sisi orang tak punya, kami punya keluarga, anak dan istri," ujarnya di hadapan Sutrisno yang melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke UPPKB Tanjungmorawa I, Kamis (27/10/2016) siang.

Ia bersama rekan-rekannya menutup jembatan timbang, karena khawatir ada penggerebekan susulan. Apalagi, PNS yang ketangkap pungli akan dipecat, sehingga tak dapat pensiunan.

"Kalau kami ketangkap dipecat dari PNS. Apa enggak takut kami itu? Seharusnya jangan gitulah, pimpinan harusnya pasang badan kepada kami. Jika kami dipecat nanti enggak ada peduli, sama kami. Seharusnya enggak boleh demikian," katanya sembari mengusap air mata.

Setelah mendengar penjelas itu, Sutrisno mendekat dan memeluknya.

"Waktu kejadian di Sibolangit itu, uang perdapun diangkat polisi, uang kawan kami itu di kantong celanapun dirogoh. Apalagi mereka bawa senjata pasti takut kami. Kayak teroris waktu ditangkap itu, bawa-bawa senjata," ujarnya.

"Justru masalah ini, kami jadi dilema, kami punya keluarga Pak, kami punya anak dan istri. Saya binggung memikirkan anak istri saya. Cemana (bagaimana) mereka kalau kami ditangkap polisi. Ya, udalah, enggak apa-apa, tak usah kami kerja. Ngapain kerja kalau ujung-ujungnya ditangkap polisi," tambahnya.

Ia menyampaikan, sebagai pekerja jembatan timbang sering bekerja hingga tengah malam. Karena itu, ia merasa sedih bila ada intimidasi.

"Kami kerja malam-malam taruhan nyawa, demi perjuangkan anak dan istri. Kami hanya bicara sama Bapak sebagai anggota dewan untuk minta perlindungan," ujarnya.

Baca: Tiga PNS Dishub Diciduk Usai Kepergok Lakoni Pungli

Sebagai PNS, ia merasa tidak pernah mendapat apresiasi bila bekerja bagus, termasuk ketika mengirim bantuan kemanusiaan ke Aceh usai tsunami.

"Saya mau mati, tapi enggak pernah diberitakan. Ada surat perintah tugas saya untuk mengirim barang kemunusiaan di Aceh, tapi enggak pernah dipedulikan. Jadi, saya enggak mau ditangkap, karena anak dan istri akan telantar," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved