TRIBUN WIKI

Titi Gantung, Simpul Sejarah yang Pernah Jadi Pusat Penjualan Buku Bekas

Titi Gantung di Kota Medan adalah sebuah jembatan bersejarah yang dibangun pada tahun 1885 pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Editor: Array A Argus
Tribun-Medan.com/ Elvira
Para pedagang berjualan di Titi Gantung, Jumat (9/12/2016). (Tribun-Medan.com) 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Kota Medan memiliki beragam bangunan bersejarah yang ada di tengah kota.

Misalnya saja bangunan Titi Gantung.

Titi Gantung berlokasi di Jalan Kereta Api No 2 B, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. 

Lokasinya berada persis di pusat kota.

Baca juga: Sejarah Candi Sipamutung: Candi Buddha Megah dari Abad ke-11

Keberadaan Titi Gantung ini sebenarnya difungsikan sebagai jalan penghubung antara kawasan Kesawan ke Jalan Jawa (sekarang Jalan Irian Barat). 

Sejak dibangun pada tahun 1885 oleh kolonial Hindia Belanda, bangunan Titi Gantung masih eksis hingga saat ini.

Bahkan, keberadaannya menjadi lokasi wisata sejarah.

Jauh sebelum itu, Titi Gantung ini tidak hanya menjadi situs sejarah belaka.

Keberadaannya sempat menjadi pusat penjualan buku bekas di era tahun 1965.

Lantas, seperti apa kisahnya? Mari kita simak sejarah Titi Gantung berikut ini.

Baca juga: Sejarah Masjid Syekh Zainal Abidin, Masjid Terua di Kota Padangsidimpuan

Warga berkunjung ke Titi Gantung Kota Medan di Jalan Kereta Api No.2 B, Kesawan, Kec. Medan Bar., Kota Medan, Sumatera Utara, hari Senin (24/6/2019)
Warga berkunjung ke Titi Gantung Kota Medan di Jalan Kereta Api No.2 B, Kesawan, Kec. Medan Bar., Kota Medan, Sumatera Utara, hari Senin (24/6/2019) (Tribun Medan/Aqmarul Akhyar)

Sejarah Titi Gantung Medan

Jembatan Titi Gantung dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada Tahun 1885, bersamaan dengan pembangunan stasiun kereta api Medan.

Nama “Titi Gantung” berasal dari kata “titi” yang berarti jembatan, dan disebut “gantung” karena bentuknya yang berbeda dari jembatan biasanya. 

Lantaran berdiri di atas jalan, dan bukan di atas air, maka bangunan tersebut diberi nama Titi Gantung.

Baca juga: Sejarah Keberadaan Tugu Pers Pertama Indonesia yang Ada di Bumi Rafflesia 

Setelah diresmikan tahun 1920 bersamaan dengan kantor pusat Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang berdekatan, jembatan ini menjadi jalur penyeberangan masyarakat.

Panjangnya berkisar 45 meter dengan ketinggian sekitar 6-7 meter.

Dikutip dari berbagai sumber dan catatan, bahwa jembatan ini dibangun dengan konsep yang ramah untuk pejalan kaki, lengkap dengan tangga di kedua sisi pintu masuk dan keluarnya.

Selain berfungsi sebagai jalur penyeberangan, Jembatan Titi Gantung juga pernah menjadi tempat favorit warga elite Belanda untuk bersantai dan menikmat pemandangan Kota Medan.

Baca juga: Sejarah PT Sepatu Bata Tbk yang Kini Berhenti Produksi Alas Kaki

Namun, setelah Indonesia merdeka, Titi  Gantung kemudian berubah fungsinya.

Ia tak lagi sekadar menjadi jembatan penyeberangan saja.

Pada era tahun 1960-an, Titi Gantung mulai berubah menjadi pusat penjualan buku bekas.

Hingga tahun 2013, Titi Gantung sangat identik dengan buku murah meriah.

Namun, para pedagang buku kemudian direlokasi ke Lapangan Merdeka, hingga kembali digusur ke tempat lain. 

Baca juga: Masjid Kedatukan Sunggal Serbanyaman, Saksi Sejarah Perlawanan Belanda

Kegiatan Durian (Diskusi Ringan Anak Medan) Blog M di Jembatan Titi Gantung Medan, Sabtu (14/1/2017). (Tribun Medan / Silfa)
Kegiatan Durian (Diskusi Ringan Anak Medan) Blog M di Jembatan Titi Gantung Medan, Sabtu (14/1/2017). (Tribun Medan / Silfa) (Tribun Medan / Silfa)

Simbolis Dari Arsitektur Victoria

Bangunan jembatan Titi Gantung itu diklaim berarsitektur Vicotria.

Dilansir dari Wikipedia, arsitektur Victoria adalah serangkaian gaya kebangkitan arsitektur pada pertengahan sampai akhir abad ke-19. 

Viktoria merujuk kepada masa pemerintahan Ratu Victoria.

Gaya arsitektur Victoria ini dikenal dengan kemegahan, keanggunan, dan detail artistik yang rumit.

Arsitektur ini banyak digunakan untuk rumah-rumah megah dan bagunan umum di Inggris, kemudia menyebar ke Amerika serta sebagai berbagai belahan dunia. 

Baca juga: Masjid Lama Gang Bengkok, Saksi Sejarah Perkembangan Islam di Kota Medan

Arsitektur Victoria pada jembatan Titi Gantung Medan memiliki makna simbolis yang erat dengan konsep kemakmuran, status sosial, keindahan, dan penghormatan pada tradisi sejarah.

Pada Titi Gantung, arsitekturnya menunjukkan simbol kemakmuran dan status sosial, dimana menunjukkan kemampuam finansial dan prestise pemilik atau pemerintah yang membangun kontruksi tersebut.

Tidak hanya itu, bangunan Titi Gantung menunjukkan nilai penghormatan pada tradisi dan sejarah.

Penerapan gaya Victoria pada Titi Gnatung menegaskan identitas kolonial dan penghargaan terhadap warisan budaya Arsitektur Eropa, sekaligus menjadi saksi perjalanan sejarah Medan dari era kolonial hingga sekarang ini.(mag/tribun-medan.com)

Ditulis oleh mahasiswi magang Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Cindy Aulia Putri

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved