TRIBUN WIKI
Masjid Lama Gang Bengkok, Saksi Sejarah Perkembangan Islam di Kota Medan
Masjid Lama Gang Bengkok di Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan berdiri sejak tahun 1874.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM,- Bila kamu ingin berkunjung ke Kota Medan dan ingin menyaksikan bangunan-bangunan bersejarah yang masih ada hingga saat ini, cobalah kunjungi Masjid Lama Gang Bengkok.
Masjid Lama Gang Bengkok merupakan satu diantara masjid tertua di Kota Medan yang masih berdiri hingga saat ini.
Lokasinya ada di Jalan Masjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Sumatera Utara.
Menurut Haji Muchlis Tanjung, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Badan Kemakmuran Masjid (BKM), bahwa masjid ini berdiri tahun 1874.
Baca juga: Sejarah Hamparan Perak, Kampung yang Dibuka Datuk Setia Raja Tahun 1823
Haji Muchlis menjelaskan, bahwa Masjid Lama Gang Bengkok merupakan masjid pertama yang ada di Kota Medan.
"Jadi masjid ini merupakan masjid pertama di Kota Medan yang berdiri sejak tahun 1874," kata Muchlis, Minggu (3/4/2022) silam.
Ia menerangkan, Masjid Lama Gang Bengkok berdiri di atas lahan milik
Haji Muhammad Ali, yang lebih dikenal sebagai Datuk Kesawan.
Lahan itu diwakafkan oleh Maji Muhammad Ali untuk kepentingan umat.
Baca juga: Sejarah Bangunan Balai Kota Lama Medan yang Kini Jadi Hotel Grand City Hall Medan
Lalu, tokoh Tionghoa yang cukup mahsyur di Kota Medan, yakni Kapten Tjong A Fie kemudian membiayai pembangunan masjid ini.
Kapten Tjong A Fie adalah seorang pengusaha sukses, bankir, dan tokoh penting dalam sejarah kota Medan, Sumatera Utara.
Ia lahir dengan nama Tjong Fung Nam pada tahun 1860 di Meixian, Guangdong, Tiongkok, dan wafat pada tahun 1921.
Tjong A Fie datang ke pelabuhan Deli saat berusia 20 tahun dan memulai kariernya dari pekerjaan serabutan hingga mendirikan dan mengembangkan bisnis besar di bidang perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank, dan perusahaan kereta api.
Pada tahun 1911, Tjong A Fie diangkat sebagai Kapitan Tionghoa (Majoor der Chineezen), pemimpin komunitas Tionghoa di Medan, menggantikan kakaknya.
Baca juga: Sejarah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Sudah Berdiri Satu Abad yang Dilaporkan Ambruk
Ia dikenal sangat dihormati dan disegani karena menguasai bidang ekonomi dan politik, serta memiliki kedekatan dengan Sultan Deli dan pejabat kolonial Belanda.
Selain membangun kerajaan bisnis, Tjong A Fie juga dikenal sebagai dermawan yang aktif berkontribusi kepada masyarakat Medan dengan mendirikan berbagai tempat ibadah dan fasilitas umum, termasuk Masjid Lama Gang Bengkok, Masjid Raya Al-Mashun, Istana Maimoon, gereja, kuil Buddha dan Hindu, serta rumah sakit Tionghoa pertama di Medan.
Tjong A Fie juga berperan dalam pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan jaringan kereta api, yang mendukung kemajuan kota Medan pada masa itu.
Rumah kediamannya kini menjadi museum yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Medan.
Baca juga: Sejarah G30S PKI, Kisah Kelam yang Menewaskan Sejumlah Jenderal TNI
Berawal dari Musala Kecil
Keberadaan bangunan Masjid Lama Gang Bengkok berawal dari sebuah musala kecil yang ada di Gang Bengkok.
Karena keberadaannya sangat penting bagi umat Islam, pihak terkait kemudian memutuskan untuk membangun masjid di sana.
Selain peran dari Tjong A Fie, pihak yang ikut terlibat dan berperan penting dalam pembangunan Masjid Lama Gang Bengkok adalah Syeikh Muhammad Yacob (ulama Mandailing) dan Mufti Syeikh Hasan Maksum.
Keduanya mendukung penuh pembangunan Masjid Lama Gang Bengkok, yang masih bisa disaksikan masyarakat hingga saat ini.
"Jadi, dulu itu ini jalan sempit dan gangnya bengkok, makanya dinamakan Masjid Lama Gang Bengkok. Tapi sekarang jalannya sudah diperbesar," kata Haji Muchlis Tanjung kala itu.
Baca juga: Sejarah Siantar Hotel, Saksi Bisu Kota Siantar Sejak Masa Kolonial
Corak Beragam Budaya
Masjid Lama Gang Bengkok memiliki arsitektur yang unik.
Masjid ini memiliki corak beragam budaya.
Arsitekturnya menggabungkan gaya Melayu, Persia, dan Tionghoa.
Bila dilihat dari bagian atap masjid yang melebar dan melengkung, maka ini menunjukkan simbol seperti kelenteng.
Kemudian, dari corak yang menonjolkan kuning dan hijau, tak lain mewakili budaya atau menonjolkan masyarakat Melayu dan Islam.
Baca juga: 10 Masjid Tertua di Indonesia yang Menjadi Sejarah Perjalanan Islam di Nusantara
Seiring berjalan waktu, Masjid Lama Gang Bengkok mulai direnovasi.
"Kalau dari yang lain gak ada diubah, hanya pintu saja. Karena dulu pintunya masih kayu, sementara untuk atap dan yang lain-lain tidak. Tapi kami lakukan penambahan perluasan bangunan," ucapnya.
Masjid ini berfungsi sebagai tempat ibadah dan simbol kerukunan antar etnis dan agama di Medan.
Di belakang masjid terdapat gedung Maktab Islamiyah Tapanuli, tempat lahirnya organisasi Islam Al-Washliyah yang kini menjadi museum.
Baca juga: Jelajahi Pesona Wisata Masa Lalu di Galeri Sejarah Pulau Penang Malaysia
Berbagi Takjil Gratis saat Ramadhan
Setiap bulan Ramadhan tiba, Masjid Lama Gang Bengkok senantiasa membagikan takjil gratis pada para jemaah yang datang berkunjung.
Takjil yang paling sering dibagikan adalah bubur khas Melayu.
Ada ratusan porsi bubur yang siap disantap oleh para jemaah, yang datang untuk beribadah dan berbuka puasa bersama.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap tahun, dan digratiskan tanpa dipungut biasa sepeserpun.(ray/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Suasana-Masjid-Lama-Gang-Bengkok-salah-satu-bukti-sejarah-yang-penuh-toleransi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.