Sumut Terkini

ASDP Membawa Mawan Menggali Budaya Batak Sembari Bersepeda di Kawasan Danau Toba

Sejumlah perkampungan yang berada di pinggiran Danau Toba menjadi sasaran utama petualangannya.

|
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/MAURITS
Mawan bersama tamunya dari Singapura berswafoto di pinggiran Danau Toba yang berada di Desa Paropo, Kecamatan Sialahisabungan, Kabupaten Dairi pada Minggu (17/8/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE- Sepuluh tahun lalu atau tepatnya di 2014, Mawan (34) memulai petualangan bersepedanya di Danau Toba.

Ia menyusuri jalanan di kawasan Danau Toba dengan mengayuh pedal sepeda sembari menikmati keindahan Danau Toba.

Dalam petualangannya, ia kerap menggunakan jasa kapal ferry untuk mengantarkannya berpetualang dari satu daerah  ke daerah lain di kawasan Danau Toba

Sejumlah perkampungan yang berada di pinggiran Danau Toba menjadi sasaran utama petualangannya.

Menginap di pemukiman warga menjadi kegembiraan tersendiri baginya.

Momen berbagi cerita serta mengenal budaya dan keseharian masyarakat sekitar membuatnya nyaman dan selalu ingin kembali ke kawasan Danau Toba.

Hampir seluruh desa telah Mawan datangi.

Suasana Pelabuhan Ajibata pada masa liburan sejak tanggal
Suasana Pelabuhan Ajibata pada masa liburan sejak tanggal 21 hingga 30 Maret 2025. Pengunjung bertolak dari Ajibata menuju Pelabuhan Ambarita.

Tak sekadar mengembangan hobi, keseharian masyarakat pinggiran Danau Toba juga menjadi tema skripsinya.

Lulus dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 berkat pengamatannya kepada sejumlah nelayan Ikan Porapora di Danau Toba menjadi penyemangat baginya untuk kembali ke Danau Toba

Lulus kuliah, pria berdarah Jawa ini memulai kegiatannya sebagai petualang hingga menjadikan bersepeda di kawasan Danau Toba sebagai paket wisata.

Awalnya, ia memandu wisata untuk hiking dan arung jeram. Lalu pada tahun 2019, ia fokus pada cycling. 

"Aku adalah putra Jawa kelahiran Sumatera. Dari sejak 2014, aku hobi travelling. Sejak tahun 2019, aku fokus pada bidang wisata bersepeda dan menjadikannya paket wisata," ujar Mawan, Rabu (3/9/2025).

Dalam perjalanan petualangannya di kawasan Danau Toba, ia menggunakan kapal ferry yang disediakan oleh PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia (Persero) yakni ASDP Danau Toba.

ASDP ini  telah menjadi sahabat perjalanannya. Cita-citanya menggali budaya sembari berkeliling Danau Toba telah terwujud.

"Tertarik ke Toba karena tidak ada tempat lain sekomplet kawasan Danau Toba, mulai dari panorama alam, budayanya, dan kehidupan masyarakat sekitar yang terbuka. Inilah yang kita ambil dan kemudian kita pasarkan melalui destinasi wisata sepeda ini," terangnya.

Sejauh pengalamannya, kenikmatan menggali budaya masyarakat sekitar kawasan Danau Toba ternyata dinikmati tamu yang ia boyong dari mancanegara.  

"Mayoritas tamu kita datang dari Malaysia, Singapura, Belanda, Australia. Dan teman-teman dari Bali juga merekomendasikan tamunya menikmati keindahan Danau Toba sambil sepedaan," sambungnya.

Setiap kelompok pejalan berjumlah hingga 20 orang dan memiliki kebiasaan tinggal di rumah warga setelah seharian berkeliling. "Kita berkelompok dengan jumlah 10 hingga 20 orang.

Setiap perjalanan memakan waktu hingga sepekan. Artinya, mereka memiliki waktu tinggal lama bersama masyarakat.

Dan yang paling mereka suka adalah menginap di rumah warga saat perjalanan," terangnya.

Dari Utara hingga Selatan, Barat dan Timur kawasan Danau Toba telah ia jelajahi sambil mengayuh sepeda bersama tamunya.

"Daerah yang sering kita kunjungi adalah sisi Barat Toba yakni kaki Pusuk Buhit dan daerah Silalahi, sisi Timur Toba, di Samosir dan sisi Utara Danau Toba yakni di Haranggaol, Tigaras dan beberapa tempat lainnya. Artinya, hampir seluruh kawasan Danau Toba sudah kita jalani dengan bersepeda," tuturnya.

Baginya, perbedaan budaya dan kebiasaan menjadi sebuah kenikmatan. Secara berangsur, ia sudah nyaman dengan kebiasaan masyarakat sekitar.

Bahkan, ia bersama tamu yang dibawanya selalu berharap dapat menikmati keseharian masyarakat sekitar.

Momen bertajuk budaya sekitar menjadi oleh-oleh terindah yang mereka dapatkan dari kawasan Danau Toba.

"Selain budaya kita yang berbeda, kebiasaan juga tentunya berbeda. Walau demikian, kita beberapa kali membuat kegiatan bersama masyarakat sekitar, misalnya pembuatan spot foto pengunjung yang sedang menunggang kerbau. Kerbau adalah hewan yang memiliki nilai filosofis bagi budaya Batak. Tentu ini menjadi destinasi bagi para pengunjung," sambungnya.

"Atraksi menggunakan hewan kerbau ini adalah bagian budaya. Apalagi backgroundnya Danau Toba dan itu memuaskan pengunjung. Ditambah lagi, adanya destinasi untuk memandikan kerbau," terangnya.

Menurutnya, ketika pengunjung memasuki kawasan Danau Toba, mereka dapat menikmati keunikan budaya setempat.

Untuk mendukung hal ini, ASDP menyediakan ruang akulturasi bagi setiap pengunjung baik wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman).

Saat memasuki areal pelabuhan yang dikelola ASDP, nuansa budaya sudah diperlihatkan melalui ornamen, bentuk pelabuhan, dan pernak-pernik yang ada di ruang tunggu pelabuhan.

Tak hanya itu, ASDP juga menyajikan penampilan tarian sanggar setempat bagi para pengunjung yang menyeberang danau. 

"Sejauh amatan saya, pengunjung senang dengan adanya musik dan tarian yang disuguhkan di kapal ferry milik ASDP. Walau ruangannya agak sempit, mereka tetap menikmatinya. Para pengunjung tidak akan tiba di destinasi yang benar-benar menyuguhkan pengetahuan kebudayaan sekitar kalau tidak menyeberang," sambungnya.

"ASDP punya inisiatif yang tentunya kita acungi jempol. Mereka menampilkan tarian dengan mempergunakan sanggar setempat di atas kapal. Tentu, tarian ini menjadi hal baru yang kita dapatkan selama menggunakan jasa penyeberangan ASDP. Hal itu tidak kita temukan di pelabuhan lain yang dikelola ASDP," terangnya.

Sebagai pengguna fasilitas layanan ASDP, Marwan berharap agar ASDP semakin memperbanyak wahana pengetahuan kebudayaan sekitar.

Hal ini dapat dilakukan dengan adanya literasi soal Geopark Kaldera Toba. Ia juga berharap, dinding pelabuhan menjadi tempat bacaan soal Danau Toba.

Termasuk, tontonan yang disajikan di ruang tunggu pelabuhan menyoal Danau Toba.

"Untuk lebih mendekatkan pengunjung dengan budaya di kawasan Danau Toba, ASDP perlu juga membuat literasi soal Danau Toba di dinding ruang ber-AC tersebut. Karena, pengunjung dari luar lebih senang membaca daripada mendengarkan interpreter," terangnya.

"Termasuk juga di ruang tunggu yang ada di Pelabuhan, hal itu perlu dilakukan. Pengunjung tidak hanya menunggu. Mereka lebih senang membaca. Maka perlu juga dibutuhkan literasi soal geopark Kaldera Toba melalui tontonan dan bacaan di dinding," pungkasnya.

GM ASDP Danau Toba Mario Sardadi: Bangga Menyatukan Nusantara 

General Manager (GM) ASDP Danau Toba Mario Sardadi menyampaikan pelabuhan dan penyeberangan yang dikelola ASDP di kawasan Danau Toba bukan melulu soal logistik, melainkan soal pelestarian kebudayaan dan lingkungan.

Komitmen ASDP bangga menyatukan nusantara terlihat dalam kontribusinya dengan berbagai kegiatan kebudayaan di kawasan Danau Toba.

Teranyar, ASDP memastikan jasa penyeberangan lancar dari Toba menuju Samosir pada event Tao Toba Joujou.

Menurutnya, kekayaan budaya di kawasan Danau Toba memiliki daya tarik tersendiri menggaet wisman dan wisnus.

Pertemuan pengunjung dan masyarakat sekitar bakal menimbulkan berlangsungnya akulturasi.

Dengan demikian, pembenahan pelabuhan dilakukan agar para pengunjung merasa nyaman.

Termasuk juga kebersihan di sekitar pelabuhan. 

Tak hanya itu, pihaknya juga menyajikan suguhan produk kebudayaan di dalam kapal. Penampilan sanggar budaya masyarakat sekitar dapat dinikmati para pengunjung sembari menghabiskan waktu dalam penyeberangan. 

"Potensinya pasti ada. Sekarang kita beranjak ke bidang pelayanan (service) untuk pariwisata. Ada usulan saya, misalnya pada hari tertentu dapat dilakukan pertunjukan atau event kebudayaan. Setiap kali melintas, para pengunjung yang ada di ferry juga disuguhkan hiburan kebudayaan," tutur Mario Sardadi.

"Kita punya peran langsung pengembangan pariwisata dan kebudayaan. Itulah terjadinya akulturasi," terangnya.

Baginya, pelabuhan di kawasan Danau Toba memiliki keunikan tersendiri. Bukan sebatas tempat pembelian tiket dan menyeberang, namun menjadi tempat berlangsungnya peradaban.

Setiap waktu berbenah. Kini, pengunjung juga dapat menikmati produk UMKM lokal yang sudah terpajang dengan menggunakan vending machine.

"Jangan sampai pelabuhan ini hanya tempat melintas.  Kita tidak mau, pengunjung beli tiket, lalu menyeberang ke Samosir. Kita ingin ada event kebudayaan. Kita ciptakan event yang menjadikan pelabuhan ini menjadi suatu destinasi. Kedepan hal itu moga bisa tercapai, misalnya ada pameran, live music, dan UMKM," tuturnya.

Selain bertemu langsung antara pengunjung dan masyarakat sekitar, menurutnya, akulturasi berlangsung terjadi saat menikmati sajian masyarakat sekitar.

Secara langsung, karakter makanan akan memberi pengetahuan baru bagi pengunjung soa nilai kebudayaan masyarakat sekitar.

"Pertukaran budaya itu bisa terjadi saat ada interaksi dan juga makanan. Bagi masyarakat sekitar, pelabuhan itu juga bagian dari peradaban," sambungnya.

Dikatakannya, pihaknya senantiasa berbenah dan mengutamakan sajian UMKM lokal.

Meningkatkan berbagai sektor kehidupan masyarakat sekitar juga bagian dari visi ASDP.

"Selain unit bisnis, kita juga BUMN yang memiliki peran untuk 3T dan 5T. Peran yang unik di kawasan Danau Toba itu adalah unsur kebudayaan antara pengunjung dan masyarakat sekitar berhubungan secara langsung," terangnya. 

Ia mengaku pelayanan ASDP memiliki keunikan dibanding dengan lokasi lainnya, misalnya Merauke, Asmat, Labuan Bajo, dan beberapa lokasi lainnya di Indonesia. 

"Sejauh pengalaman, sebelumnya bertugas di Merauke. Itu semua melulu soal logistik. Kita mengirim barang melalui sungai. Lalu di daerah Asmat, itu benar-benar 3T. Yang dibutuhkan adalah pengiriman logistik. Kemudian, saya pindah ke Sulawesi. Itu soal logistik juga, menghubungkan Sulawesi Selatan - Tenggara," lanjutnya.

Karena akulturasi terjadi maka diharapkan pengembangan UMKM dan pariwisata di kawasan Danau Toba menjadi lebih baik dengan hadirnya ASDP.

Berbagai potensi yang ada di kawasan Danau Toba menjadi pemikat hati pengunjung datang dan tinggal berlama-lama di kawasan Danau Toba.

Kadis Pariwisata (Kadispar) Samosir Tetty Naibaho menyampaikan, peningkatan kunjungan wisatawan ke Samosir secara berangsur meningkat setelah hadirnya ASDP sejak tanggal 28 Desember 2019.

"Setelah kehadiran PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) dengan mengoperasikan kapal ferrynya. Kunjungan wisatawan ke Samosir langsung mengalami peningkatan yang signifikan,” ujar Tetty Naibaho. 

Ketersediaan moda transportasi danau yang mumpuni, menurutnya menunjang pengembangan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat sekitar.

Implementasi nilai kebudayaan sekitar disuguhkan bagi pengunjung dalam bentuk event. Salah satunya dengan menggaet ribuan pengunjung pada event Tao Toba Joujou.

"Tao Toba Joujou 2025 berhasil mendatangkan tiga ribu pengunjung. Event ini bentuk implementasi nilai-nilai kebudayaan masyarakat sekitar," terangnya. 

Hasil analisisnya, pengunjung kebanyakan tertarik mendalami kebudayaan masyarakat sekitar.

Hal ini terlihat pada kunjungan di beberapa lokasi wisata yang menghadirkan nilai-nilai kebudayaan lebih banyak, misalnya Kampung Ulos Huta Raja dan kawasan Tuktuk serta beberapa destinasi wisata lainnya. 

"Pengunjung biasanya bertahan lama dengan adanya event. Event bakal memperlihatkan berbagai aspek kehidupan seperti pertunjukan tradisional yang mempertahankan ciri khasnya Batak Toba cukup menarik minat wisawatan. Wisatawan tertarik dengan keunikan budaya Batak Toba,” terangnya. 

Sejumlah pengunjung dari Malasya menghabiskan waktu
Sejumlah pengunjung dari Malasya menghabiskan waktu di kawasan Danau Toba sejak tanggal 16 hingga 22 Agustus 205. Mereka berkeliling dan mengambil waktu berswafoto di beberapa lokasi, termasuk di Huta Siallagan, Desa Siallagan, Kecamatan Simanindo.

Pegiat Budaya: Perkuat Pelestarian Kebudayaan

Seorang pegiat budaya di kawasan Danau Toba, Tansiswo Siagian melihat kehadiran ASDP memberi dampak positif bagi masyarakat di pinggiran Danau Toba.

Secara filosofis, pelabuhan bagi masyarakat pinggiran Danau Toba adalah sebagai pusat interaksi dengan budaya luar.

Di pelabuhan, berbagai pihak dan keperluan bertemu. 

Kehadiran ASDP, katanya, telah memperlihatkan beragam inovasi dengan tetap memperhatikan hakikat pelabuhan bagi masyarakat sekitar.

Pelabuhan menjadi lokasi di mana orang batak berinteraksi dengan berbagai pihak.

Termasuk ornamen dan nama-nama kapal motor penyeberangan (KMP) yang menggunakan nama-nama ikan di kawasan Danau Toba; asaasa, ihan batak, dan porapora. 

"Secara tidak langsung, pengunjung dari luar Danau Toba bakal bertanya apa arti nama itu. Sebelumnya, mereka telah melihat ornamen di area pelabuhan yang menggambarkan budaya masyarakat sekitar. Pertukaran informasi tentunya sudah berlangsung," katanya. 

Dengan adanya sejumlah pelabuhan yang tersebar di kawasan Danau Toba, setiap pengunjung dapat berkeliling Danau Toba melalui jalur danau.

Pengunjung bakal mengenal budaya dan memperkaya diri dengan berbagai informasi terkait sejarah, budaya, lingkungan, pertanian dan berbagai isu yang berkembang di masyarakat dari zaman ke zaman.

"Selain transaksi atau jual-beli barang dagangan, pelabuhan juga tempat bertemu dengan banyak orang. Artinya, pelabuhan menjadi lokasi penting terjadinya pertukaran budaya dan berbagi informasi," terangnya.

Hingga saat ini, pelabuhan sebagai jantung perekonomian dan pertukaran budaya.

Masing-masing pengunjung yang berada di pelabuhan akan saling berbagi informasi dan mempelajari budaya orang lain. 

"Sampai saat ini hal itu sama. Mungkin situasi yang berbeda, tapi substansi pertemuan pengunjung dan masyarakat sekitar ataupun orang asing tetap sama," terangnya.

Menurutnya, pegembangan pelabuhan dengan berbagai inovasi di kawasan Danau Toba menjadi langkah stategis memperkuat budaya sekitar dan menjalin hubungan baik dengan budaya luar.

"Karakter masyarat kita adalah terbuka dengan budaya asing. Pertukaran budaya tentunya memperkuat budaya sekitar dan terbuka terhadap budaya asing. Itulah keindahan yang terjadi di areal pelabuhan atau dermaga," terangnya.

Dengan kehadiran ASDP di kawasan Danau Toba, pengetahuan budaya masyarakat sekitar semakin dikenal pengunjung.

Dengan demikian, ia berharap ASDP semakin memperbanyak wadah pengembangan literasi budaya masyarakat sekitar yang ditempatkan di pelabuhan maupun di dalam KMP Ferry.

"Apalagi dengan hadirnya para wisman dan wisnus ke tempat kita ini. Keindahan budaya kita dapat dinikmati tamu dari mancanegara dan nusantara," pungkasnya.

(Cr3/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved