Berita Viral
Polemik Gapura Gedung Sate Rp 3,9 Miliar, Pelestarian Situs Budaya Justru Cuma Rp 156 Juta
Renovasi Gapura Gedung Sate di Bandung menuai polemik. DPRD Jawa Barat menilai proyek tersebut bentuk pemborosan anggaran.
"Jadi Gedung Sate ini banyak unsur-unsur arsitektur Eropa, tapi juga banyak arsitektur lokalnya, Seperti mungkin kita lihat di pintu masuk itu dengan model-model candi seperti itu.
Bahkan di tengah-tengahnya itu (jendela), ada relief seperti candi begitu.
Nah, kemudian itu menjadi salah satu referensi lah ya, bahwa bagaimana kita membentuk suasana kompleks Gedung Sate," kata Sigit.
Sigit pun menegaskan bahwa gapura itu bukanlah Candi Bentar khas Majapahit atau Demak, karena bentuknya tidak terbelah dua. Gapura Gedung Sate dibuat menyatu, meniru bentuk jendela tengah bangunan itu sendiri.
Dedi Mulyadi memahami bahwa pembangunan gerbang ini bukan sesuatu yang dibuat-buat.
Justru elemen-elemen Gedung Sate dibawa ke bagian paling luar kawasan bangunan tersebut.
"Sesuatu yang bernilai tinggi kemudian berasal dari nilai-nilai kebudayaan kita, pasti ribut," kata Dedi Mulyadi mengkritik kebiasaan sebagian warganet yang tampak alergi terhadap budaya sendiri.
Gapura ini dibangun menggunakan bata produksi Madura karena membutuhkan bentuk khusus.
Tanpa semen, bangunan ini tetap kokoh karena menggunakan teknik pengunci seperti pada pembangunan Candi Jiwa di Indramayu dan Candi Cangkuang di Garut.
Sigit menambahkan bahwa nantinya gapura tersebut akan dicat putih agar serasi dengan bangunan utama Gedung Sate.
Tidak menutup kemungkinan pembangunan gerbang serupa di Jawa Barat kelak akan menggunakan tanah dari Plered Purwakarta atau Jatiwangi Majalengka, tentu setelah melalui penelitian dan uji teknis yang memadai.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Gapura-Gedung-Sate-I.jpg)