Breaking News

Internasional

Bos Farmasi Mendadak Tumbang saat Donald Trump Pidato, Gedung Putih Dibuat Geger

Insiden itu terekam dalam siaran langsung ketika CEO Eli Lilly Dave Ricks sedang berbicara di Oval Office.

Tangkapan layar
BOS FARMASI TUMBANG - Momen ketika seorang eksekutif perusahaan farmasi mendadak pingsan di belakang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat konferensi pers terkait obat penurun berat badan, Rabu (6/11/2025) waktu setempat.  

Namun, akses pasien masih terbatas karena harga tinggi—sekitar 500 dolar AS (sekitar Rp 8,3 juta) per bulan untuk dosis tinggi—serta minimnya cakupan asuransi. 

Menurut data federal, lebih dari 100 juta orang dewasa di AS mengalami obesitas. Pemerintah AS menyebut mulai tahun depan, obat tersebut akan dijangkau oleh pasien penerima asuransi Medicare, sementara harga lebih murah akan diterapkan bertahap bagi pasien tanpa asuransi. 

Selain itu, versi pil dari obat serupa akan dijual dengan harga mulai 149 dolar AS (sekitar Rp 2,4 juta) per bulan apabila mendapat persetujuan edar. 

"Langkah ini akan menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan jutaan orang Amerika," kata Trump dalam pengumuman itu. Ia juga menyebut obat GLP-1 sebagai obat untuk lemak.

Kebijakan tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk menekan harga obat di tengah kekhawatiran publik terhadap tingginya biaya hidup.

Sebelumnya, Pfizer dan AstraZeneca telah sepakat menurunkan harga obat resep untuk program Medicaid setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Mei lalu yang menetapkan batas harga obat bagi perusahaan farmasi.

Obat penurun berat badan ini bekerja dengan menargetkan hormon di otak dan saluran pencernaan yang mengatur nafsu makan serta rasa kenyang. Berdasarkan uji klinis, pengguna dapat menurunkan berat badan hingga 15–22 persen. 

"Trump adalah sahabat rakyat kecil," ujar Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Robert F Kennedy Jr saat acara tersebut.

 "Obesitas adalah penyakit kemiskinan. Selama ini, obat ini hanya bisa diakses oleh orang kaya," lanjutnya.

Menurut data 2017–2020 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, tingkat obesitas justru sedikit lebih tinggi pada kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dibanding mereka yang berpenghasilan paling rendah maupun tertinggi.

Pengumuman kebijakan harga obat ini muncul hanya beberapa hari setelah Partai Demokrat meraih kemenangan besar dalam sejumlah pemilihan di AS, di tengah kekhawatiran publik yang masih didominasi isu ekonomi.

(tribun-medan.com)

Sumber: kompas.com

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved