Internasional
Bos Farmasi Mendadak Tumbang saat Donald Trump Pidato, Gedung Putih Dibuat Geger
Insiden itu terekam dalam siaran langsung ketika CEO Eli Lilly Dave Ricks sedang berbicara di Oval Office.
TRIBUN-MEDAN.com - Gedung Putih dibuat geger, ketika seorang eksekutif perusahaan farmasi mendadak pingsan di belakang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat konferensi pers terkait obat penurun berat badan, Rabu (6/11/2025) waktu setempat.
Insiden itu terekam dalam siaran langsung ketika CEO Eli Lilly Dave Ricks sedang berbicara di Oval Office.
Tiba-tiba, seorang pria yang berdiri di belakangnya terlihat oyong, kemudian jatuh ke lantai, sebagaimana dilansir The New Daily.
Ricks langsung berhenti berbicara dan bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja, Gordon? Gordon, kamu baik-baik saja?"
Baca juga: Dihuni Nama-nama Besar, Berikut 5 Tugas Komisi Reformasi Polri Bentukan Presiden Prabowo
Beberapa orang di ruangan itu segera memberikan pertolongan, sementara Trump berdiri dari kursinya dan memperhatikan situasi tersebut.
Media kemudian segera diminta keluar dari ruangan. Awalnya, pria tersebut dikabarkan bernama Gordon Finlay dari perusahaan Novo Nordisk.
Namun, Novo Nordisk membantah bahwa Finlay hadir dalam acara itu.
"Kami berharap pria yang mengalami insiden medis hari ini dalam keadaan baik," tulis perusahaan itu di media sosial.
Menurut keterangan saksi di lokasi, salah satu yang membantu memberikan pertolongan adalah Dr Mehmet Oz, Administrator untuk Centers for Medicare and Medicaid Services.
Baca juga: MENOLAK Gelar Soeharto Jadi Pahlawan, Daftar Buku yang Dilarang Diedarkan Pada Era Orde Baru
"Selama pengumuman kebijakan di Oval Office, seorang perwakilan dari salah satu perusahaan pingsan. Tim medis Gedung Putih segera bertindak, dan pria tersebut kini dalam kondisi baik," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.
Ketika konferensi dilanjutkan, Trump meminta maaf atas gangguan yang terjadi.
"Salah satu perwakilan sempat merasa pusing dan jatuh. Ia sudah mendapat perawatan dokter, dan sekarang baik-baik saja," ujar Trump.
Obat penurun berat badan
Konferensi pers tersebut digelar untuk mengumumkan kesepakatan antara pemerintahan Trump dengan perusahaan farmasi Eli Lilly dan Novo Nordisk guna memperluas akses masyarakat AS terhadap obat penurun berat badan populer, Zepbound dan Wegovy.
Kedua obat tersebut, yang dikenal sebagai GLP-1 receptor agonist, mengalami lonjakan popularitas dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: SOSOK Briptu Yuli Setyabudi, Polisi Konten Viral Lagi, Kini Diduga Terlibat Penggelapan Mobil Rental
Namun, akses pasien masih terbatas karena harga tinggi—sekitar 500 dolar AS (sekitar Rp 8,3 juta) per bulan untuk dosis tinggi—serta minimnya cakupan asuransi.
Menurut data federal, lebih dari 100 juta orang dewasa di AS mengalami obesitas. Pemerintah AS menyebut mulai tahun depan, obat tersebut akan dijangkau oleh pasien penerima asuransi Medicare, sementara harga lebih murah akan diterapkan bertahap bagi pasien tanpa asuransi.
Selain itu, versi pil dari obat serupa akan dijual dengan harga mulai 149 dolar AS (sekitar Rp 2,4 juta) per bulan apabila mendapat persetujuan edar.
"Langkah ini akan menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan jutaan orang Amerika," kata Trump dalam pengumuman itu. Ia juga menyebut obat GLP-1 sebagai obat untuk lemak.
Kebijakan tersebut menjadi bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk menekan harga obat di tengah kekhawatiran publik terhadap tingginya biaya hidup.
Sebelumnya, Pfizer dan AstraZeneca telah sepakat menurunkan harga obat resep untuk program Medicaid setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Mei lalu yang menetapkan batas harga obat bagi perusahaan farmasi.
Obat penurun berat badan ini bekerja dengan menargetkan hormon di otak dan saluran pencernaan yang mengatur nafsu makan serta rasa kenyang. Berdasarkan uji klinis, pengguna dapat menurunkan berat badan hingga 15–22 persen.
"Trump adalah sahabat rakyat kecil," ujar Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Robert F Kennedy Jr saat acara tersebut.
"Obesitas adalah penyakit kemiskinan. Selama ini, obat ini hanya bisa diakses oleh orang kaya," lanjutnya.
Menurut data 2017–2020 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, tingkat obesitas justru sedikit lebih tinggi pada kelompok masyarakat berpenghasilan menengah dibanding mereka yang berpenghasilan paling rendah maupun tertinggi.
Pengumuman kebijakan harga obat ini muncul hanya beberapa hari setelah Partai Demokrat meraih kemenangan besar dalam sejumlah pemilihan di AS, di tengah kekhawatiran publik yang masih didominasi isu ekonomi.
(tribun-medan.com)
Sumber: kompas.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Miss Universe Ramai-ramai Walk Out saat Acara Resmi di Thailand, Fatima Bosch Kesal Dibilang Bodoh |
|
|---|
| MENARA Petronas Malaysia Terbakar, Diduga dari Restoran Lantai Atas |
|
|---|
| Percakapan Prabowo dengan Donald Trump Bocor Usai KTT Gaza, Sebut-sebut Nama Eric, Simak Sosoknya |
|
|---|
| Perampokan Berjamaah Beraksi Siang Bolong, 23 Maling Curi Perhiasan Rp 16 Miliar dalam 1 Menit |
|
|---|
| Pemerintah Bakal Terapkan 13 Jam Kerja, Rakyat Yunani Demo, Transportasi Publik Lumpuh |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/bos-farmasi-tumbang-di-amrik.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.