Berita Medan

Heboh Cabai Buruk Impor ke Sumut dari Jawa Tekan Inflasi, Ketapang Medan Tidak Ambil

Namun, tiba di Medan dalam kondisi buruk dan ada yang membusuk hingga hampir separuh dari total kiriman.

Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Ayu Prasandi
ISTIMEWA
Proses pembongkaran cabai merah impor dari Jawa Timur di Pasar Lau Cih Medan, Sabtu (18/10/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Cabai Merah jadi komoditi penyebab tingginya inflasi Provinsi Sumut, termasuk Kota Medan. 

Beredar informasi ada upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) menekan inflasi lewat intervensi pasar memasok komoditi Cabai Merah impor dari luar Sumatera. 

Informasi yang dihimpun Tribun Medan, cabai merah didatangkan dari Jawa Timur, diduga dari kawasan Jember.

Namun, tiba di Medan dalam kondisi buruk dan ada yang membusuk hingga hampir separuh dari total kiriman.

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Medan dikonfirmasi mengakui harga cabai belum sepenuhnya stabil.

Namun, DKP3 Medan tidak menerima stok yang dipasok Pemprov Sumut dari Jawa Timur yang kondisinya buruk. 

"Deliserdang. Medan belum ada kami terima (Surat Edaran dari Sumut). Kalau komoditas cabai merah, Medan sudah lakukan di pasar tradisional untuk menekan inflasi kerjasama.

Pasokan Medan dari kelompok tani seputaran Medan (bukan dari Jawa Timur). Sepertinya Medan gak kebagian yang dilakukan Dirga Surya. Yang saya ingat Deliserdang, karena inflasinya paling tinggi," kata Robert Kabid DKP3 Medan, Kamis (23/10/2025). 

Terpisah informasi yang diperoleh Tribun-Medan.com, Kamis (23/10) ada pengiriman pasokan cabai merah impor dari luar Sumut oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Aneka Industri dan Jasa (AIJ) Sumut itu mencapai 50 ton. 

Namun saat tiba di Pasar Induk Lau Cih, Medan, sekitar 50 persen cabai sudah dalam kondisi buruk.

Para pedagang pun menolak membeli karena kualitasnya buruk, sementara pasokan cabai lokal di pasar Sumut saat ini masih tergolong cukup. 

"Yang rusak hampir separuh. Pedagang di Lau Cih menolak karena kualitasnya jelek dan stok mereka juga masih banyak," ungkap sumber di Sumut.. 

Akibat tak laku di pasar, harga pun jatuh bebas. Harga pembelian pedagang di lapangan turun menjadi Rp30.000/kg, dari harga rencana awal Rp51.000/kg.

Padahal, diduga AIJ Sumut membeli dari petani Jawa Timur dengan harga sekitar Rp47.500/kg.

Kondisi ini membuat harga di tingkat konsumen tetap tinggi, yakni sekitar Rp70.000 hingga Rp75.000/kg, jauh dari target intervensi pemerintah.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved