Berita Medan
Pencegahan dan Pemulihan Stunting, Sofyan Tan: Dimulai dengan Pengetahuan Gejala Awal
Kondisi ini menyebabkan anak memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Masalah stunting masih menjadi tantangan besar dalam upaya mewujudkan Generasi Emas Indonesia.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Hastin Dyah K, SKM, M.Sc, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menurunkan angka stunting di Tanah Air.
“Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama dalam periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” ujarnya saat menjadi pembicara di Bimtek Pencegahan dan Pemulihan Stunting yang diadakan BRIN dan bersama Komisi X DPR RI di Hotel Four Point Medan, Selasa (21/10/2025).
Kondisi ini menyebabkan anak memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
Menurut Haslina, terdapat beberapa parameter untuk mengukur stunting.
Anak dikategorikan stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi (SD) dari standar pertumbuhan anak yang ditetapkan WHO.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional masih berada di angka sekitar 21,5 persen.
"Meski menunjukkan tren penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, angka ini masih jauh dari target nasional yang ingin dicapai pemerintah," jelasnya.
Haslina menekankan bahwa upaya pencegahan dan pemulihan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan dengan memastikan kecukupan gizi ibu dan anak, akses terhadap layanan kesehatan, serta edukasi gizi bagi keluarga.
“Mewujudkan Generasi Emas Indonesia harus dimulai dari generasi yang sehat, bebas stunting, dan berdaya saing,” katanya.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sofyan Tan menekankan bahwa pencegahan harus dimulai dengan pengetahuan tentang gejala awal.
Ia membagikan formula sederhana untuk mendeteksi berat badan anak yang ideal di usia satu tahun.
"Sebelum kita berbicara tentang pencegahan dan pemulihan, kita harus tahu dulu bagaimana seseorang yang didiagnosis. Yang pertama yang kita lihat itu adalah melihat tanda-tanda berat badan dia," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan intervensi terletak pada pencegahan yang dilakukan sejak masa kehamilan.
"Pencegahan satu-satunya cara adalah pada saat dia hamil. Pembelahan sel otak yang mulai kencang itu adalah pada tiga bulan pertama," tegasnya.
| Kapolrestabes Medan Ungkap Kronologi Pembakaran Rumah Hakim Khamozaro Waruwu: Pelaku Sakit Hati |
|
|---|
| Gojek Hadirkan Hemat Setiap Hari di Medan, Tarif Mulai Rp 6.000 |
|
|---|
| Luka yang Menyalakan Panggung, Kisah Desy Qobra Guru, Jadikan Teater sebagai Rumah |
|
|---|
| Wali Kota Rico Edukasi Tanggap Gempa Sejak Usia Dini: Indonesia di Ring of Fire |
|
|---|
| Evaluasi PAD, Wali Kota Soroti Kinerja Kadis Perkim dan Pajak Mamin, Hiburan, PBB |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/PENCEGAHAN-STUNTING-Suasana-kegiatan-Bimbingan.jpg)