Sumut Terkini
Inflasi Sumut Tembus 0,76 Persen pada Juli 2025, Bawang Merah dan Beras Jadi Pemicu Utama
Bawang merah menjadi komoditas paling dominan dalam mendorong inflasi dengan andil 0,18 persen.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN– Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara mencatat bahwa pada Juli 2025 terjadi inflasi bulanan (month-to-month) sebesar 0,76 persen, sementara inflasi tahunan (year-on-year) tercatat sebesar 2,86 persen.
Angka ini menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Statistisi Ahli Utama BPS Sumut, Misfaruddin, menyebutkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi bulan Juli dengan andil sebesar 0,65 persen.
Bawang merah menjadi komoditas paling dominan dalam mendorong inflasi dengan andil 0,18 persen.
“Secara kumulatif, hingga Juli 2025, bawang merah mengalami inflasi tahunan sebesar 38,40 persen. Andil tertinggi bawang merah terhadap inflasi bulan ini terjadi di Kabupaten Karo,” ujar Misfaruddin, Jumat (1/8/2025)
Selain bawang merah, komoditas beras juga memberi kontribusi inflasi yang cukup besar, yakni 0,16 persen secara bulanan.
Inflasi tertinggi pada komoditas ini terjadi di Kota Gunungsitoli dengan andil mencapai 0,44 persen.
Pengamat Ekonomi Sumut dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Benyamin Gunawan, menyoroti bahwa inflasi bulan Juli memang sudah diprediksi akan terjadi, seiring naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok.
"Sumut pada bulan Juli diproyeksikan akan mengalami inflasi bulanan di atas 0,28 persen. Bahkan potensi inflasi mendekati 0,8 persen juga terbuka lebar. Ini karena pergerakan harga beberapa komoditas yang tidak seragam," ujar Gunawan.
Ia menjelaskan, harga beras menjadi salah satu faktor yang menyulitkan penghitungan inflasi karena data harga yang sangat bervariasi, bahkan dalam satu pasar yang sama.
"Di satu pasar tradisional di Medan, bisa saja ada pedagang yang menaikkan harga, namun pedagang lain tidak," katanya.
Selain beras, harga cabai rawit dan gula pasir juga menunjukkan pola yang serupa. Cabai rawit, meski mengalami penurunan harga di beberapa lokasi, tetap berkontribusi terhadap dinamika inflasi.
Sementara gula pasir cenderung menciptakan deflasi, karena ada penurunan harga hingga 4 persen di beberapa pedagang.
“Inflasi bulan Juli ini memutus tren deflasi sebelumnya, dan lebih banyak dipicu oleh membaiknya sisi pasokan yang ironisnya justru mendorong kenaikan harga. Insentif pemerintah yang diberikan pada masyarakat juga turut mendorong konsumsi dan harga,” tambah Gunawan.
Dari sisi spasial, inflasi tertinggi pada Juli 2025 terjadi di Kabupaten Deli Serdang (1,19 persen), sementara terendah dicatatkan oleh Kota Gunungsitoli (0,43 persen).
Sementara itu, beberapa komoditas yang justru memberi efek deflasi pada Juli 2025 adalah cabai merah (-0,47 persen), cabai rawit (-0,12 persen), dan kentang (-0,10 persen).
Secara keseluruhan, inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2025 di Sumatera Utara tercatat sebesar 1,54 persen, masih lebih rendah dari nasional yang berada pada angka 1,69 persen.
(cr26/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Bertemu Tetua Adat Selama 2 Jam, Bobby Sepakat TPL Ditutup: Surat Rekomendasi Paling Lama Seminggu |
|
|---|
| Tahun 2026, Dinas PRKP Siantar Pakai Eks-Rumah Singgah Covid-19 Sebagai Kantor Baru |
|
|---|
| Akademisi Asia Tenggara Bedah Geopolitik Presiden Prabowo dalam Seminar Internasional di UINSU |
|
|---|
| Polres Tanah Karo Terbitkan Informasi DPO Pelaku yang Terlibat Dalam Pembunuhan Warga Nias |
|
|---|
| Warga Miskin di Deli Serdang Bingung Setelah Disuruh Mundur jadi PKH |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/INFLASI-SUMUT-Suasana-pasar-tradisional-Kampung-Lalang-Medan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.