Menjaga Harapan dengan Pertalife: Saat Sakit Tak Perlu Panik, Masa Depan Terjamin di Usia Senja

Di tengah kehidupan yang tidak pasti, asuransi bukan menjamin manusia bisa sehat dan tenang. Tapi menjaga harapan di tengah ketidakpastian.

TRIBUN MEDAN/DOK PERTALIFE
PERTALIFE - Ilustrasi PertaLife Insurance hadir sebagai asuransi dengan produk yang beragam, terjangkau, dan akses yang terdigitalisasi. Kehadiran PertaLife Insurance di tengah masyarakat untuk memastikan siapa pun tak perlu panik saat sakit dan masa depan tetap terjamin di usia senja. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Pertengahan Juli lalu, M. Riesky (42), karyawan sebuah perusahaan harus menjalani perawatan intensif karena indikasi darah rendah dan tifus. Oleh dokter, warga Kota Binjai, Sumatra Utara tersebut dirujuk untuk opname.

Di tengah situasi yang bagi sebagian orang bisa memicu kekhawatiran terkait pembiayaan medis, Riesky tak menunjukkan rasa khawatir sedikit pun. Riesky ternyata tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Seluruh biaya perawatan telah ditanggung sepenuhnya oleh asuransi jiwa dan kesehatan dari PertaLife Insurance yang ia miliki sejak tahun 2021.

Ketika tiba di rumah sakit, ia cukup menyerahkan kartu keanggotaannya kepada petugas dan dilakukan verifikasi data. Setelah itu, Riesky pun menjalani perawatan yang disesuaikan dengan manfaat yang peroleh di PertaLife. Seminggu dirawat intensif, ia pun diperbolehkan pulang.

“Perlindungan yang diberikan cukup optimal. Saya tak ribet memikirkan biaya, obat, atau kamar perawatan. Semuanya ditangani rumah sakit. Saya hanya fokus pada pemulihan,” ujar Riesky menceritakan pengalamannya kepada Tribun-Medan.com, Sabtu (19/7/2025).

Bagi Riesky, perlindungan yang diberikan PertaLife Insurance tidak hanya ketika dirinya sakit. Tetapi juga memastikan masa depannya tetap terjaga di usia senja atau ketika sudah tidak bekerja lagi. Polis asuransi yang dimiliki Riesky mencakup manfaat dana pensiun.

“Bagi saya, asuransi bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan. Jujur saja, sebagai pekerja, hanya diri kita yang bisa memantau kesehatan setiap saat. Tapi ketika sibuk dengan pekerjaan, kita pasti abai dengan kesehatan. Kalau sudah sakit pasti panik. Salah satu cara untuk mengurangi kepanikan itu adalah dengan asuransi. Ketika sakit datang, kita tak perlu panik lagi karena sudah dilindungi asuransi,”  terang Riesky.

Riesky menegaskan tak semua karyawan memiliki jaminan pensiun setelah tidak bekerja lagi. Ia berprinsip, biar pun sudah tidak bekerja dan usia sudah senja, masa depan tetap harus terjamin. Jangan sampai ketika sudah tidak bekerja dan tak punya jaminan pensiun, makan pun jadi susah.  

Riesky mengaku, produk-produk perlindungan yang ditawarkan PertaLife Insurance cukup inovatif. Manfaat yang diberikan lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan nasabah mulai dari perlindungan jiwa, penggantian biaya rawat inap, perencanaan dana pendidikan, asuransi jiwa, hingga dana pensiun. Selain itu, produknya juga dapat diakses dengan mudah baik secara konvensional melalui agen-agen pemasaran dan secara digital melalui aplikasi PLife.

Riesky mengakui, masih banyak masyarakat yang belum memiliki asuransi, meskipun secara finansial mereka mampu. Hal ini salah satunya disebabkan karena stigma bahwa asuransi mahal, proses klaim yang rumit, atau bahkan tidak memberi manfaat. Dikatakan Riesky, seiring perkembangan zaman, perusahaan asuransi telah melakukan banyak inovasi untuk memastikan masyarakat mendapatkan layanan yang optimal mulai dari produk perlindungan yang beragam, premi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perlindungan, dan kemudahan mengakses layanan secara digital.

Menurut Riesky, di tengah kehidupan yang tidak pasti, asuransi bukan menjamin manusia bisa sehat dan tenang. Tapi menjaga harapan di tengah ketidakpastian. Hal inilah yang dilakukan PertaLife Insurance. “Kehadiran PertaLife Insurance di tengah masyarakat dengan produk yang beragam, terjangkau, dan akses yang mudah menjadi bukti bahwa perlindungan bisa dijangkau untuk memastikan siapa pun tak perlu panik saat sakit dan masa depan tetap terjamin di usia senja,” katanya.  

Baca juga: Lewat HR Summit, AAJI Ingatkan Pentingnya Digitalisasi Industri Asuransi Jiwa

Manfaatkan Sinergi dan Kolaborasi

MANFAAT asuransi telah terbukti dialami oleh M Riesky dan jutaan nasabah lain di Indonesia. Meski demikian, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia ada di angka 2,72 persen hingga Februari 2025. Angka penetrasi ini menurun jika dibandingkan posisi per akhir Desember 2024 yang mencapai 2,84 persen.

Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono rendahnya penetrasi ini disebabkan masih adanya tantangan yang dipicu ketidakpastian global pada tahun ini. Menurutnya, industri asuransi bergerak untuk terus bertumbuh dengan banyaknya aktivitas pembenahan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir yang bermuara pada kembalinya kepercayaan masyarakat pada industri asuransi.

“OJK mendorong industri asuransi untuk dapat lebih baik lagi dalam menyediakan produk yang berdasar atas kebutuhan masyarakat dan melakukan kegiatan literasi berupa program-program edukasi. Dengan demikian, minat masyarakat terhadap asuransi dapat lebih baik lagi ke depannya,” katanya.

Bagi PertaLIfe Insurance, pertumbuhan jumlah nasabah menjadi bagian dari sederet strategi yang dilakukan perseroan. Department Head Marmeting Communication PertaLife Insurance, Andi Rita Anastasya mengatakan, penetrasi asuransi yang masih rendah di Indonesia menjadi tantangan sekaligus peluang bagi PertaLife untuk menjangkau masyarakat lebih luas lagi.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved