Perang Israel Iran

Mulut Donald Trump Banyak Cakap, Balasan Khamenei Usai Seruan Presiden AS Iran Menyerah Tanpa Syarat

Adapun Donald Trump telah memperingatkan, bahwa ia dapat memerintahkan tindakan lebih lanjut jika Teheran tidak menyetujui perjanjian damai.

Tangkap layar X
ILUSTRASI AS SERANG IRAN - Tiga fasilitas nuklir utama Iran, Fordow, Natanz dan Isfahan, mengalami serangan udara yang diklaim telah diluncurkan oleh Amerika Serikat. 

TRIBUN-MEDAN.com - Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak agar Iran menyerah tanpa syarat lewat unggahan di platform media sosial X, Rabu (18/6/2025).

Ia hanya menulis singkat, "UNCONDITIONAL SURRENDER" (Penyerahan tanpa syarat), dan menyatakan bahwa AS telah mengetahui persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Adapun Donald Trump telah memperingatkan, bahwa ia dapat memerintahkan tindakan lebih lanjut jika Teheran tidak menyetujui perjanjian damai.

Dalam pidatonya kepada rakyat dari Gedung Putih pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat, Donald Trump mengancam Iran dengan dua opsi, yakni perdamaian atau tragedi. 

"Ini tidak bisa terus berlanjut. Akan ada perdamaian atau tragedi bagi Iran yang jauh lebih besar daripada yang telah kita saksikan selama delapan hari terakhir," katanya.

"Ingat, masih banyak target yang tersisa. Malam ini adalah yang paling sulit dari semuanya, sejauh ini, dan mungkin yang paling mematikan."

"Namun jika perdamaian tidak segera datang, kami akan menyerang target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan."

TRUMP DI GEDUNG PUTIH - Foto diambil dari Facebook The White House, Sabtu (21/6/2025), memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam postingan yang diunggah pada Jumat (20/6/2025).
TRUMP DI GEDUNG PUTIH - Foto diambil dari Facebook The White House, Sabtu (21/6/2025), memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam postingan yang diunggah pada Jumat (20/6/2025). (Facebook The White House)

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam keras seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Iran menyerah tanpa syarat.

Menurut Ali Khamenei, pernyataan itu terlalu banyak cakap.

Hal tersebut disampaikan Ali Khamenei dalam pernyataan publik pertama, setelah serangan AS dengan kode sandi Operation Midnight Hammer yang dilancarkan pada Minggu (22/6/2025) lalu.

Sebagai informasi Operation Midnight Hammer menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Lewat cuitan di media sosial X (dulu Twitter) pada Kamis (26/6/2026) kemarin, Ayatollah Ali Khamenei menulis:

The US President stated, "Iran must surrender." Needless to say, this statement is too big to come out of the US president's mouth.

Terjemahan:

"Presiden AS menyatakan, "Iran harus menyerah." Tak perlu dikatakan lagi, pernyataan ini terlalu banyak cakap untuk keluar dari mulut Presiden AS." 

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei (X/Twitter)

Eskalasi Konflik Iran vs Israel

Israel nekat melancarkan Operation Rising Lion yang menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran mulai Jumat (13/6/2025).

Kemudian, Iran melakukan serangan balasan dengan nama Operation True Promise III yang melibatkan serangan rudal dan pesawat nirawak terhadap infrastruktur Israel.

Setelah aksi saling balas-membalas serangan antara Iran vs Israel berlangsung selama kurang lebih 10 hari, AS memutuskan untuk ikut menyerang Iran dengan Operation Midnight Hammer pada Minggu (22/6/2025).

Dalam operasi tersebut, AS dilaporkan mengebom tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Operation Midnight Hammer melibatkan tujuh pesawat pengebom B-2 dan menjadi operasional pertama yang menggunakan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon.

Lalu, Iran balik menyerang pangkalan militer milik AS, Al Udeid di Qatar, pada Senin (23/6/2025).

Setelah serangan ini, Donald Trump menyerukan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meski sempat diwarnai pelanggaran, hingga akhirnya resmi berlaku mulai Selasa (24/6/2025).

Israel menargetkan situs nuklir dan komandan militer Iran dalam serangan besar.
Israel menargetkan situs nuklir dan komandan militer Iran dalam serangan besar. (SERAMBINEWS.COM/middle-east-online)

Menurut Donald Trump, konflik yang dinamai Perang 12 Hari itu sudah berakhir, setidaknya untuk saat ini.

Sebagai informasi, konflik 12 hari antara Israel vs Iran juga sudah memakan korban yang tidak sedikit.

Dikutip dari laman Times of Israel pada Rabu (25/6/2025) hari ini, serangan rudal balistik Iran terhadap Israel selama 12 hari perang telah merenggut nyawa 28 orang.

Kementerian Kesehatan Israel mengatakan, total 3.238 orang dirawat di rumah sakit, termasuk 23 orang yang terluka parah, 111 orang terluka sedang, 2.933 orang terluka ringan, 138 orang yang menderita kecemasan akut, dan 30 orang lainnya kondisinya belum diketahui.

Sementara dikutip dari The Hindu, serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan sedikitnya 865 orang dan melukai 3.396 lainnya.

Hal tersebut disampaikan Kelompok Aktivis Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Washington, Minggu (22/6/2025).

Dari seluruh korban tewas, 363 di antaranya merupakan warga sipil, sedangkan 215 lainnya adalah personel pasukan keamanan.

Pada Sabtu (21/6/2025), Kementerian Kesehatan Iran mengatakan sekitar 400 warga Iran telah tewas dan 3.056 lainnya terluka dalam serangan Israel.

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved