Berita Viral

5 Hari Baru Dievakuasi, Reaksi Basarnas Dituding Lambat Kasus Jatuhnya Juliana Marins di Rinjani

Meski telah ditemukan, sejumlah warganet Brasil menggaungkan kekecewaan terhadap Badan SAR Nasional (Basarnas) Indonesia.

Dok. Humas SAR Mataram/IG/Resgatejulianamarins
PENDAKI BRASIL TEWAS- (Kiri) Juliana Paris, pendaki asal Brasil. (Kanan) NTB K98-14 Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani, Pendaki Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Ditemukan Tewas, Warganet Kritik Kinerja Tim SAR. 

TRIBUN-MEDAN.com - Dituding lambat. Terungkap alasan Basarnas evakuasi pendaki Juliana Marins usai lima hari jatuh di Gunung Rinjani.

Pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27) baru ditemukan setelah 5 hari terjatuh di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, Selasa (24/6/2025).

Meski telah ditemukan, sejumlah warganet Brasil menggaungkan kekecewaan terhadap Badan SAR Nasional (Basarnas) Indonesia.

Basarnas disebut lambat melakukan evakuasi terhadap Juliana Marins yang terjatuh di kedalaman 600 meter.

EVAKUASI PENDAKI- NTB K98-14 Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani, Pendaki Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Ditemukan Tewas, Warganet Kritik Kinerja Tim SARq
EVAKUASI PENDAKI- NTB K98-14 Evakuasi Pendaki Brasil di Rinjani, Pendaki Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Ditemukan Tewas, Warganet Kritik Kinerja Tim SARq ((Dok. Humas SAR Mataram))

Sementara, Kepala Basarnas, Marsdya TNI Mohammad Syafii, menegaskan bahwa pihaknya telah merespons cepat insiden tersebut. 

Sejak Sabtu (21/6/2025), berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan korban.

"Saya pastikan bahwa kejadian ini sebenarnya direspons sangat cepat oleh berbagai macam rekan-rekan potensi SAR yang ada di wilayah Mataram," ujar Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025), dilansir dari Kompas.com

Syafii menjelaskan, proses pencarian dimulai pada pukul 10.21 WITA dengan lima tim penyelamat dilengkapi peralatan vertical rescue.

Namun, lokasi korban yang berada di jurang curam pada ketinggian 9.000 kaki menyulitkan pencarian. 

Medan yang sulit dan cuaca ekstrem menjadi tantangan utama.

Tim SAR membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk mencapai titik jatuhnya korban dari Pos Sembalun.

Bahkan, pencarian harus dihentikan sementara karena hujan dan kabut tebal membatasi jarak pandang.

"Kondisi dari medan tersebut sebenarnya berupa tebing dan peralatan yang digunakan, serta dihadapkan dengan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk observasi," terang Syafii.

Drone thermal sempat dikerahkan namun tak berhasil mendeteksi posisi korban pada hari pertama. 

Baru pada Senin (23/6/2025), drone berhasil mengidentifikasi tubuh korban dalam kondisi tak bergerak.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved